Mayat Tak Dikenal dan Bangkai Pesawat Ditemukan di Pegunungan Alpen

By Utomo Priyambodo, Jumat, 12 Agustus 2022 | 14:27 WIB
Gletser Aletsch di Pegunungan Alpen, Swiss. (Robert J Heath/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Puing-puing kecelakaan pesawat bersejarah dan sisa-sisa jasad dua manusia telah tersingkap berkat gletser yang mencair di Pegunungan Alpen Swiss. Penyelidikan dan pembersihan kini sedang berlangsung di sana.

Bagian-bagian pesawat yang ditemukan itu tampaknya milik pesawat ringan yang jatuh di pegunungan lebih dari 50 tahun yang lalu. Kronologinya, Layanan Investigasi Keamanan Swiss diberitahu oleh Angkatan Udara bahwa bagian-bagian pesawat telah ditemukan di Gletser Aletsch pada 4 Agustus, menurut penegak hukum Swiss setempat. Gletser Aletsch adalah gletser terbesar di Pegunungan Alpen Eropa, di kanton Swiss Valais.

Penyelidikan mereka berhasil menemukan bahwa bagian-bagian itu berasal dari puing-puing Piper Cherokee dengan registrasi HB-OYL. Pesawat itu jatuh di sekitar lokasi ini pada 30 Juni 1968.

Di dalam pesawat itu ada seorang guru, seorang kepala petugas medis, dan seorang anak laki-laki dari Zürich. Mayat-mayat ditemukan pada saat itu, tetapi puing-puing pesawat itu tidak ditemukan karena kondisi pegunungan yang tak kenal ampun.

Namun, hal-hal berubah di daerah tersebut. Karena suhu pemanasan yang terkait dengan perubahan iklim, banyak gletser Pegunungan Alpen mencair dan surut sehingga memunculkan beberapa kejutan suram dari masa lalu.

"Pada saat kecelakaan, lebih dari 50 tahun yang lalu, sarana teknis untuk memulihkan puing-puing pesawat di medan yang sulit terbatas. Karena mencairnya gletser, terutama di musim panas, ada kemungkinan potongan atau puing-puing lainnya terlepas dari es," kata Polisi Cantonal Valais dalam sebuah pernyataan seperti dilansir IFLScience.

Hanya beberapa minggu yang lalu pada akhir Juli, dua pendaki Prancis menemukan tulang belulang manusia saat mendaki gletser Chessjen di kanton selatan Valais. Ini adalah wilayah yang sama di mana kecelakaan pesawat ditemukan.

"Saya sedikit mual," kata Luc Lechanoine, salah satu pendaki gunung yang menemukan mayat itu, kepada Blick, surat kabar Swiss.

  

Baca Juga: Es Tertua dari Pegunungan Alpen Menyimpan 10.000 Tahun Memori Iklim

Baca Juga: 'Salju Darah' Bisa Jadi Kunci untuk Memahami Dampak Perubahan Iklim

Baca Juga: Dampak Perubahan Iklim: Pegunungan Alpen Kini Terlihat Lebih Hijau