Dunia Hewan: Mengapa Kucing Senang Bermain dengan Mangsanya?

By Ricky Jenihansen, Selasa, 23 Agustus 2022 | 07:42 WIB
Kucing menangkap tikus. (Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Bagi pecinta kucing, pasti tahu kebiasaan kucing yang satu ini. Ketika naluri predator kucing muncul, kemudian kucing akan menangkap burung, tikus kecil atau kadal, kucing akan mempermainkannya beberapa menit.

Setelah kucing puas, atau sampai buruannya tidak bergerak lagi, barulah kemudian kucing menaruhnya di depan pintu atau bahkan memberikannya kepada Anda.

Bagi pemilik kucing, perilaku ini adalah tingkah anak bulu -panggilan sayang kucing mereka yang menggemaskan. Tapi bagi banyak konservasionis, ini adalah tindakan mesin pembunuh invasif dengan empat kaki penuh pisau.

Perbedaan persepsi ini telah memicu perdebatan sengit antara konservasionis dan pecinta kucing mengenai apakah kucing boleh diizinkan keluar rumah.

Tapi mengapa kucing domestik mengejar dan bermain dengan mangsanya bahkan setelah dia mati? Apakah mereka peliharaan yang menggemaskan atau pembunuh berantai berbulu? Kebenaran terletak di suatu tempat di antara keduanya.

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat domestikasi kucing. Kucing liar pertama yang didomestikasi mungkin sekitar 8.000 tahun yang lalu di Mesir dan wilayah sekitarnya, menurut sebuah studi tahun 2017 yang diterbitkan dalam jurnal Nature Ecology and Evolution.

Kucing-kucing ini adalah anggota spesies Felis silvestris lybica, juga dikenal sebagai kucing liar Afrika. Mereka tertarik ke kota oleh tikus yang mereka buru untuk dimakan.

Manusia, pada gilirannya, memelihara kucing-kucing ini karena mereka mengendalikan populasi hewan pengerat penyebar penyakit dan pemakan biji-bijian. Dalam masyarakat tertentu, seperti Mesir kuno dan Tiongkok, sahabat kucing ini dianggap beruntung atau bahkan dihormati.

Kucing mengejar buruannya. (Adobe Stock)

Tapi, meski kita telah hidup bersama teman kucing kita selama ribuan tahun, "domestikasi kucing 'sejati' dapat ditelusuri kembali ke sekitar 200 tahun yang lalu," Martina Cecchetti, seorang ilmuwan konservasi yang mempelajari perilaku kucing di University of Exeter di Inggris, kepada Live Science.

Dalam konteks ini, Cecchetti menjelaskan, domestikasi "sejati" berarti dibiakkan secara selektif dan sengaja oleh manusia, bukan sekadar hidup bersama dengan spesies kita.

Karena mereka baru saja dijinakkan, kucing mempertahankan banyak naluri yang diturunkan dari nenek moyang liar mereka. Mereka berburu mangsa kecil sepanjang hari, menurut sebuah studi tahun 2006 di The Journal of Nutrition.

Sisa-sisa evolusi ini mendorong seekor kucing "untuk menangkap mangsa bahkan jika ia tidak lapar," kata Cecchetti.

Terlebih lagi, naluri bermain kucing, seperti memukul, menerkam, dan mencakar dengan cakar, berasal dari perilaku berburu. Kucing liar sering bermain dengan mangsanya untuk membuatnya lelah sebelum memakannya, yang mengurangi risiko cedera pada kucing.

Berkat naluri ini, bahkan ras kucing domestik modern dapat bertahan hidup dengan relatif mudah di alam liar. Beberapa populasi Polandia telah begitu sukses, mereka sekarang dianggap sebagai hama invasif.

Studi menunjukkan bahwa kucing domestik yang dibiarkan berkeliaran di luar dapat menyebabkan gangguan lingkungan yang serius. Studi tahun 2013 di jurnal Nature Communications memperkirakan bahwa kucing membunuh lebih dari 1,3 miliar burung dan 6,3 miliar mamalia kecil setiap tahun di Amerika Serikat saja.

Kucing liar pertama yang didomestikasi mungkin sekitar 8.000 tahun yang lalu. (Getty Images)

Jadi bagaimana orang bisa menghentikan teman berbulu mereka dari menyebabkan begitu banyak kerusakan ekologis? Penelitian Cecchetti menunjukkan bahwa beberapa dorongan kucing peliharaan untuk berburu dapat dihalangi dengan memberi mereka waktu bermain yang cukup di rumah.

Kemudian, memberi mereka makanan berkualitas tinggi, makanan kaya daging yang memberikan keseimbangan mikronutrien yang tepat.

"Kucing domestik adalah karnivora wajib," kata Cecchetti, jadi jika mereka tidak mendapatkan cukup daging di rumah, mereka mungkin mencarinya di tempat lain.

     

Baca Juga: Dunia Hewan: Menjawab Pertanyaan tentang Evolusi Reproduksi Seksual

Baca Juga: Dunia Hewan: Pergeseran Spesies Paus Besar ke Selatan di Selandia Baru

Baca Juga: Dunia Hewan: Menjawab Pertanyaan tentang Evolusi Reproduksi Seksual

Baca Juga: Dunia Hewan: Bukan karena Darah Rendah, Mengapa Kucing Takut Mentimun?

         

Jika Anda memilih untuk menyediakan makanan untuk kucing liar, Humane Society merekomendasikan untuk menggunakan program trap-neuter-return (atau TNR). Program-program ini untuk sementara menangkap kucing liar dan memandulkan atau mensterilkannya, memvaksinasi mereka terhadap rabies.

Kemudian mereka mengidentifikasi kucing dengan ujung telinga dan mengembalikannya ke area di mana mereka ditemukan jika tempat penampungan lokal tidak dapat menampung mereka.

Proses ini membantu mengendalikan populasi kucing liar, yang pada gilirannya dapat mengurangi jumlah makhluk liar yang mereka bunuh.

Tapi mungkin cara terbaik untuk memastikan bahwa teman kucing Anda tidak mengamuk di ekosistem lokal Anda adalah dengan menyimpannya di dalam ruangan. Dengan banyak mainan dan ruang minimal 20 kaki persegi, atau 1,8 meter persegi.

Dan jika keluar rumah, bawalah dengan tali. Dengan begitu, ia dapat melepaskan naluri berburunya sepuasnya, tanpa mengorbankan satwa liar di sekitarnya.

   

Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo