Dunia Hewan: Awas, Banyak Berita Palsu tentang Laba-laba di Internet!

By Wawan Setiawan, Jumat, 26 Agustus 2022 | 11:00 WIB
Laba-laba Black Widow. Salah satu laba-laba yang terkenal sangat berbahaya di dunia hewan. (Sean McCann)

Nationalgeographic.co.id—Bukan rahasia lagi bahwa internet dan media sosial memicu maraknya penyebaran (mis) informasi di banyak bidang kehidupan. Saat ini, para peneliti telah menerbitkan hasil penelitiannya di jurnal Current Biology pada 22 Agustus. Mereka telah mengeksplorasi fenomena ini yang berlaku untuk berita tentang laba-laba.

Mereka memperingatkan bahwa jangan membabi buta mempercayai apa pun yang Anda baca online tentang artropoda berkaki delapan ini. Atau apa pun dalam hal ini. Selalu pertimbangkan sumbernya. Tulis para peneliti dalam makalah yang mereka beri judul The global spread of misinformation on spiders.

"Kualitas informasi laba-laba di pers global agak buruk - kesalahan dan sensasionalisme merajalela," kata Stefano Mammola dari Dewan Riset Nasional, Verbania Pallanza, Italia, dan Museum Sejarah Alam Finlandia di Universitas Helsinki. "Informasi terkait laba-laba di pers mengalir melalui jaringan global yang sangat saling berhubunga. Penyebaran informasi yang salah didorong oleh sejumlah faktor kunci yang terbatas, nada sensasional dari sebuah artikel menjadi sangat penting."

Mammola mengatakan dia terinspirasi untuk melakukan penelitian yang awalnya didasarkan pada kekecewaan umum tentang kualitas artikel surat kabar yang berhubungan dengan laba-laba di Italia. "Banyak artikel tentang laba-laba di pers Italia penuh dengan kesalahan, berita yang mengkhawatirkan, atau bahkan berita palsu, atau kombinasinya," katanya.

Jadi, dia dan lusinan rekannya termasuk Catherine Scott dari McGill University dan Angela Chuang dari University of Florida ingin melihat apakah ini masalah global. Mereka mengumpulkan tim ahli yang mengesankan untuk mengumpulkan semua data. Mewakili 41 bahasa dan 81 negara. Selama pandemi COVID-19, proyek ini juga menawarkan cara untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan penting dalam skala global pada saat kerja lapangan laba-laba dihentikan tanpa meninggalkan rumah untuk melakukannya.

Laba-laba dalam berita. Jangan menelan bulat-bulat berita yang Anda lihat ataupun dengarkan melalui berbagai media, cari tahu sumbernya. (Jagoba Malumbre-Olarte / CC BY-SA)

Analisis mereka menemukan bahwa tingkat sensasionalisme dan misinformasi turun ketika ahli "benar"—yaitu ahli laba-laba daripada dokter medis atau profesional lainnya—dikonsultasikan oleh wartawan yang menulis. Data yang mereka kumpulkan juga menunjukkan pentingnya acara dan liputan berita dalam skala local. Sebab, cerita kota kecil dapat dengan cepat menjadi berita internasional.

"Saya sangat terkejut dengan fakta bahwa bahkan acara skala lokal—katakanlah, kisah seorang petani yang digigit laba-laba di beberapa desa terpencil di Australia - yang diterbitkan oleh surat kabar regional dapat dengan cepat disiarkan secara internasional," kata Mammola.

"Ini menyiratkan bahwa peningkatan kualitas informasi yang dihasilkan di node lokal ini dapat memiliki efek positif yang bergema di seluruh jaringan informasi—contoh tipikal dari strategi manajemen 'berpikir secara global, bertindak secara lokal'," tulis mereka.

Informasi yang salah tentang laba-laba memiliki banyak implikasi di dunia nyata. Beberapa kasus penting telah menyebabkan penutupan sekolah karena tanggapan yang mengkhawatirkan terhadap "invasi" black widow palsu, lapor mereka.

  

Baca Juga: Dunia Hewan: Kenapa Kucing Tega Memakan Anak-anaknya Sendiri?

Baca Juga: Dunia Hewan: Seekor Monyet Diduga Menelepon Polisi dari Kebun Binatang

Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Kucing Senang Bermain dengan Mangsanya?

    

Dalam contoh lain, seorang pria membakar rumahnya sambil membakar jaring laba-laba (tidak berbahaya) dari halaman belakang rumahnya. Nada dan kualitas cerita "berita" tentang laba-laba membentuk persepsi dan gagasan kita tentang mereka. Dengan implikasi bagi kita dan bagi konservasi satwa liar laba-laba.

Mereka saat ini ingin mengeksplorasi lebih banyak tentang bagaimana informasi berkualitas buruk tentang laba-laba berhubungan dengan kegigihan sentimen arachnofobia dalam populasi. Mereka juga ingin lebih memahami bagaimana perbedaan budaya, sosial, dan faktor lainnya memengaruhi perbedaan cara laba-laba direpresentasikan. Serta dibicarakan di berbagai negara dan wilayah. Pada akhirnya, mereka bahkan dapat memperluas pekerjaan di luar laba-laba.

"Akan menyenangkan untuk mengeksplorasi representasi media dari pilihan organisme yang lebih luas. Termasuk hewan yang berbisa tetapi tidak distigma dengan cara yang sama, seperti lebah, tetapi juga hewan berbisa lain yang ditakuti, seperti ular," kata Mammola. "Latihan serupa akan memungkinkan membandingkan jika tingkat misinformasi dan sensasionalisme sama di seluruh spektrum taksa yang luas. Menguji prediksi jika pembingkaian negatif oleh media tradisional dan sosial diterjemahkan ke peluang yang lebih rendah untuk diprioritaskan bagi konservasi, dan sebaliknya."

   

Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo