Sisi Kiri yang Jahat dan Aneka Takhayul yang Dipercaya Bangsa Romawi

By Sysilia Tanhati, Jumat, 26 Agustus 2022 | 08:00 WIB
Jika takhayul tidak ditaati, dipercaya akan membawa nasib buruk. Ini termasuk sisi kiri yang jahat dan aneka takhayul lain yang dipercaya bangsa Romawi. (Alessandro Marchesini)

Nationalgeographic.co.id—Bagi orang modern, orang Romawi kuno tampak sangat percaya takhayul. Banyak cerita tentang kepercayaan khas mereka. Salah satu kisah takhayul yang terkenal berkaitan dengan pembunuhan Julius Caesar. Sebelum kematiannya, peramal, keluarga, dan teman dekatnya sudah memberikan peringatan. Tanggal kematiannya pun dianggap sebagai tanggal sial yang harus dihindari. Jika takhayul tidak ditaati, dipercaya akan membawa nasib buruk. Ini termasuk sisi kiri yang jahat dan aneka takhayul lain yang dipercaya bangsa Romawi.

Menggendong pengantin wanita melewati ambang pintu

Banyak orang Romawi menganggapnya sebagai nasib buruk untuk tidak mengikuti tradisi. Salah satunya adalah pengantin pria yang membawa pengantin barunya melewati ambang pintu rumah barunya. Tradisi ini masih dipraktikkan hingga kini oleh sebagian budaya.

Idenya adalah untuk mencegah pengantin wanita tersandung pada saat masuk ke rumah baru untuk pertama kalinya. “Jika itu terjadi, konon akan membuat marah roh-roh yang melindungi rumah,” tutur Tom Meltcafe di laman Livescience.

Tradisi Romawi mengaitkan praktik tersebut dengan mitos pendiri kota yang sering disebut "Pemerkosaan Wanita Sabine". Kata "rape" atau perkosa berasal dari kata Latin "raptio," yang berarti "penculikan."

Sejarawan Romawi Livy mengisahkan bahwa Romawi didirikan oleh sebagian besar bandit laki-laki. Para bandit itu kemudian menyerbu desa-desa tetangga mereka, Sabine, menculik perempuan untuk menjadi istri.

Tradisi menggendong pengantin wanita ini dikatakan mewakili keengganan para wanita Sabine untuk menjadi istri orang Romawi. Juga keengganan untuk meninggalkan keluarganya.

Ken Dark, profesor di Reading University, mengungkapkan bahwa tidak semua orang Romawi percaya pada dewa. Tetapi mereka tetap mempraktikkan tradisi semacam itu karena rasa kepatutan.

“Bagi orang Romawi, ini lebih bersifat ritual, melakukan hal yang benar, di waktu yang tepat dengan cara yang benar. Soal percaya atau tidak, itu bukan masalah besar,” tambah Dark

Augury, ramalan berdasarkan perilaku burung

Augury adalah praktik meramal masa depan dengan mempelajari perilaku burung, seperti arah terbangnya atau berapa jumlahnya. Banyak orang Romawi menganggap ramalan dengan sangat serius. Ramalan ini pun digunakan dalam politik dan pemerintahan.

Perilaku burung mencerminkan kehendak para dewa yang dimanifestasikan di alam. Sehingga kehendak para dewa dapat ditentukan dengan hati-hati mengamati perilaku burung. (John Leech)