Krisis Amazon, Bendungan PLTA Menyebabkan Kepunahan Banyak Spesies

By Ricky Jenihansen, Senin, 29 Agustus 2022 | 10:00 WIB
Bendungan di sungai Amazon. (Elizabeth Anderson)

Nationalgeographic.co.id—Dalam studi baru para ilmuwan dari UEA, Portugal dan Brasil mengungkapkan kepunahan spesies yang meluas di Amazon. Bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) telah menyebabkan kepunahan spesies yang meluas di seluruh pulau hutan Amazon.

Menurut penelitian ini, pengembangan pembangkit listrik tenaga air harus menghindari banjir hutan, Tujuannya untuk meminimalkan hilangnya keanekaragaman hayati dan gangguan ekosistem di pulau-pulau hutan Amazon.

Laporan studi ini telah mereka terbitkan di jurnal Science Advances dengan judul "Emergent properties of species-habitat networks in an insular forest landscape."

Dijelaskan, deforestasi, hilangnya habitat, dan fragmentasi saling terkait dan mendorong krisis keanekaragaman hayati yang sedang berlangsung. Itu semua jelas disebabkan oleh pembangkit listrik tenaga air yang harus disalahkan atas sebagian besar degradasi ini.

Di hutan tropis dataran rendah, pembendungan sungai biasanya membanjiri daerah dataran rendah yang luas, sementara puncak bukit sebelumnya sering menjadi petak fragmentasi hutan.

Pada penelitian ini, para peneliti menggunakan teori jaringan untuk memahami bagaimana fragmentasi habitat hutan mempengaruhi keanekaragaman hayati hutan tropis. Pendekatan ini memandang fragmentasi habitat dan spesies sebagai unit yang terhubung pada skala lanskap keseluruhan, yang mencakup jaringan spesies-habitat.

Para penulis mempelajari 22 petak habitat, yang terdiri dari pulau-pulau hutan dan tiga lokasi hutan yang berkesinambungan, yang dibuat oleh Reservoir Pembangkit Listrik Tenaga Air Balbina, salah satu yang terbesar di Amerika Selatan.

Rezim aliran alami sungai bertindak sebagai kontrol utama pada banyak sistem manusia dan ekologi. (Elizabeth Anderson)

Sebanyak 608 spesies yang disurvei mewakili delapan kelompok biologis. Mamalia berukuran sedang hingga besar; mamalia kecil yang tidak bisa terbang; burung; kadal; katak; kumbang kotoran; lebah dan pohon anggrek.

Studi ini mengungkapkan kepunahan spesies yang meluas, terutama spesies bertubuh besar, tetapi ini bervariasi di berbagai kelompok tumbuhan, vertebrata, dan invertebrata yang berbeda. Ukuran pulau menentukan kelangsungan keanekaragaman spesies.

Penghapusan lokasi hutan yang lebih besar akan memberikan dampak terbesar, kemungkinan menyebabkan kepunahan sekunder spesies yang hanya terjadi di satu lokasi atau yang memiliki persyaratan spasial yang lebih besar.

Sebaliknya, petak hutan kecil secara proporsional menampung lebih banyak spesies daripada satu atau beberapa petak yang lebih besar dengan luas total yang sama, sehingga hilangnya lokasi yang lebih kecil juga diperkirakan akan menyebabkan kepunahan sekunder.