Kisah Dewa Waktu Cronus Memakan Lima Anaknya dalam Mitologi Yunani

By Utomo Priyambodo, Rabu, 31 Agustus 2022 | 09:00 WIB
Rhea membungkus sebuah batu dalam pakaian bayi, dan Cronus, secara tergesa-gesa dan bersemangat menelannya tanpa menyadari bahwa itu bukan Zeus bayinya. (Galerie mythologique, tome 1 d'A.L. Millin)

Zeus bergegas untuk membebaskan mereka. Dia juga meminta bantuan Cyclops (putra Poseidon dan Amphitrite), yang hanya memiliki satu mata di dahi mereka, serta Brontes (Petir), Steropes (Kilat), dan Pyracmon (Api-Landasan). Mereka segera menanggapi panggilan Zeus dan membawa petir yang luar biasa besar, lalu Hecatoncheires dengan ratusan tangannya melemparkan petir tersebut kepada musuh, dan pada saat yang bersamaan menciptakan gempa bumi yang hebat yang menelan dan menghancurkan semua yang menentang mereka.

Dibantu oleh sekutu baru dan kuat, Zeus membuat marah musuh-musuhnya. Begitu luar biasanya pertempuran ini sehingga dikatakan bahwa alam semesta berdebar dikarenakan upaya yang begitu besar dari dewa langit. Air laut naik setinggi pegunungan dan ombak kemarahan yang besar mendesis dan berbusa; bumi berguncang sampai kedasar-nya, langit bergemuruh, dan kilatan-kilatan tanpa henti membawa petir yang mematikan, sementara kabut menyelimuti dan membutakan Cronus dan sekutu-sekutunya.

Nasib mulai berubah, kemenangan menghampiri Zeus. Cronus dan tentaranya benar-benar digulingkan, saudara-saudara Cronus dikirim ke dunia bawah yang suram, dan Cronus dibuang dari kerajaan dan kehilangan kekuasan tertinggi untuk selama-lamanya.

Zeus menggantikan Cronus menjadi penguasa tertinggi. Perang ini disebut Titanomachia, dan merupakan perang yang diuraikan paling jelas oleh penyair klasik. Kekalahan Cronus dan dibuangnya dia dari kerajaan, mengakhiri kariernya sebagai seorang dewa Yunani. Cronus dianggap masih ada karena keabadiannya, meskipun tidak lagi memiliki pengaruh atau otoritas, dan tempatnya diisi oleh keturunan dan penggantinya yaitu Zeus.

Cronus digambarkan sebagai orang tua yang bersandar pada sebuah sabit besar, dengan jam pasir di tangannya. Jam pasir melambangkan saat-saat yang cepat berlalu, sabit besar adalah lambang waktu, yang habis menebangi masa lalu.