Menurunnya Permukaan Air Tanah, Aliran Sungai Jadi Mencemari Air Minum

By Utomo Priyambodo, Rabu, 7 September 2022 | 08:00 WIB
Masyarakat perkotaan kian memperhatikan pasokan dan kualitas air tanah. Air tanah penting untuk energi dan ketahanan pangan, kesehatan manusia dan ekosistem. Jakarta merupakan salah satu kota di dunia yang mengalami krisis air. (Jurgute/Getty Images/iStockphoto)

Baca Juga: Alat Seukuran Tas Kerja Ini Mampu Ubah Air Laut Jadi Air Minum

Baca Juga: Sumber Air Sungai Nil, Misteri yang Terbentang Selama 3.000 Tahun

Baca Juga: Bagaimana Perubahan Iklim Mempengaruhi Air Laut dan Ekosistem?

Para peneliti mendasarkan kesimpulan mereka pada studi literatur di seluruh dunia tentang konsekuensi perubahan iklim, efek penarikan air tanah pada sumber daya ini dan pada artikel-artikel khusus yang menyelidiki polutan baru di air tanah. "Hubungan ini jelas, tetapi sejauh ini belum ada di radar komunitas sains," kata Markus Weiler dari University of Freiburg yang mengklasifikasikan pentingnya hasil penelitian.

Perbedaan daerah

Perubahan iklim mempengaruhi daerah secara berbeda. Curah hujan, pengisian air tanah dan volume pengambilan air tanah bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, seperti halnya tingkat interaksi antara air permukaan dan air tanah.

Menyesuaikan konsep dengan kondisi lokal

"Di atas segalanya, penelitian ini juga menunjukkan bahwa kita memerlukan pendekatan dan model ilmiah baru di tingkat regional dan lokal untuk menentukan interaksi antara air permukaan dan air tanah dan, di atas segalanya, titik kritis dalam neraca air lanskap regional," jelas Markus Noack dari Karlsruhe University of Applied Sciences.

Yang jelas lagi, air permukaan perlu lebih dilindungi dari pencemaran. Sebab, kondisi air permukaan memiliki konsekuensi langsung terhadap kualitas air tanah. Ada solusi untuk meminimalkan polutan dalam siklus air. "Sudah saatnya untuk mengurangi konsumsi air —baik untuk industri maupun swasta— untuk mengurangi jumlah air tanah yang dipompa. Terlebih lagi, penting untuk secara drastis mengurangi masuknya polutan berumur panjang ke dalam siklus air —sambil secara konsisten memperluas tahap pemurnian keempat di instalasi pengolahan air limbah," tegas Anke Uhl.

   

#SayaPilihBumi, gerakan sosial yang digagas National Geographic Indonesia sejak 2018, juga berusaha menyadarkan kita bahwa setiap aktivitas kecil kita dalam kehidupan sehari-hari dapat berpengaruh pada kelestarian bumi. Simak #SayaPilihBumiFestival yang akan digelar pada Oktober mendatang di sini. Festival ini bakal kembali mengangkat isu-isu lingkungan lewat media dan perbincangan yang lebih ringan, santai, dan menyenangkan. Dari gelar wicara, peran komunitas dalam pelestarian Bumi, sampai konser musik.