Perubahan Iklim dan Penangkapan Berlebihan Menguras Stok Ikan Global

By Wawan Setiawan, Rabu, 7 September 2022 | 11:00 WIB
Perubahan iklim telah mengurangi stok ikan di 103 dari 226 wilayah, menurut studi terbaru. (Hiroko Yoshii on Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Miris mendengarnya, stok ikan global tidak akan dapat pulih ke tingkat yang berkelanjutan. Ini terjadi jika tanpa adanya tindakan kuat untuk mengurangi perubahan iklim dan penangkapan ikan yang dilakukan secara berlebihan. Menurut sebuah studi terbaru dari para peneliti dunia hewan dan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

Para peneliti di UBC, Stanford Center for Ocean Solutions, dan University of Bern memproyeksikan dampak ini. Mereka juga menganalisa peningkatan suhu global yang berbeda dan rentang aktivitas penangkapan ikan terhadap biomassa, atau jumlah ikan menurut beratnya di area tertentu, dari tahun 1950 hingga 2100.

Simulasi menunjukkan bahwa perubahan iklim telah mengurangi stok ikan di 103 dari 226 wilayah laut yang diteliti, termasuk Kanada dari tingkat historisnya. Stok ini akan berjuang untuk membangun kembali jumlah mereka di bawah proyeksi tingkat pemanasan global di abad ke-21.

Hasil studi ini telah dipublikasikan di jurnal Global Change Biology pada 1 September dengan judul Rebuilding fish biomass for the world's marine ecoregions under climate change.

“Pengelolaan perikanan yang lebih berorientasi konservasi sangat penting untuk membangun kembali stok ikan yang dieksploitasi secara berlebihan di bawah perubahan iklim. Namun, itu saja tidak cukup,” kata penulis utama Dr. William Cheung, profesor di Institute for the Oceans and Fisheries (IOF). "Mitigasi iklim penting agar rencana pembangunan kembali stok ikan kita menjadi efektif."

Tim peneliti, termasuk rekan penulis Dr. Colette Wabnitz dari Stanford Center for Ocean Solutions, menggunakan model komputer untuk mengetahui tingkat perubahan iklim di mana stok ikan yang dieksploitasi berlebihan tidak dapat dibangun kembali. “Saat ini, dunia berada di jalur untuk melebihi 1,5 derajat pemanasan relatif terhadap tingkat pra-industri dan mendekati dua derajat dalam beberapa dekade mendatang,” kata Dr. Cheung.

Studi tersebut memproyeksikan bahwa, rata-rata, ketika pengelolaan perikanan berfokus pada tangkapan berkelanjutan tertinggi per tahun, dampak iklim tambahan pada ikan pada pemanasan 1,8 derajat Celcius akan membuat stok ikan tidak dapat membangun kembali dirinya sendiri.

Bukan hanya perubahan iklim saja, tetapi penangkapan ikan yang berlebihan juga menjadi faktor berkurangnya stok ikan global. (iStock)

Jika orang di seluruh dunia hanya menangkap tiga perempat dari tangkapan tahunan tertinggi yang berkelanjutan. Maka stok ikan tidak akan dapat dibangun kembali pada tingkat pemanasan yang lebih tinggi, 4,5 derajat.

"Ekoregion tropis di Asia, Pasifik, Amerika Selatan dan Afrika mengalami penurunan populasi ikan karena spesies bergerak lebih jauh ke utara ke perairan yang lebih dingin. Dan juga tidak dapat pulih karena permintaan penangkapan ikan," kata Dr. Cheung. "Daerah-daerah ini adalah yang merasakan efek pemanasan global terlebih dahulu. Penelitian kami menunjukkan bahwa bahkan sedikit peningkatan 1,5 derajat Celcius dapat memiliki efek bencana pada negara-negara tropis. Yang mana mereka bergantung pada perikanan untuk ketahanan pangan dan gizi, pendapatan, serta lapangan kerja."

Skenario terburuk, di mana tidak ada yang dilakukan untuk mengurangi pemanasan global, termasuk memenuhi target yang disepakati secara internasional. Juga di mana penangkapan ikan berlebihan di luar target yang berkelanjutan terjadi. Maka stok ikan secara global akan turun hingga 36 persen dari level saat ini. Ungkap proyek studi tersebut.

Baca Juga: Bagaimana Perubahan Iklim Mempengaruhi Air Laut dan Ekosistem?