Berevolusi dari Ikan, Tetrapoda Awal Memiliki Tulang Lebih Sedikit

By Ricky Jenihansen, Rabu, 14 September 2022 | 12:00 WIB
Impresi seniman tentang Tetrapoda awal. Hewan darat paling awal memiliki lebih sedikit tulang tengkorak daripada ikan. (Mark Garlick (Science Photo Library / Alamy Stock Photo))

Nationalgeographic.co.id—Analisis baru dari para ilmuwan Spanyol dan Inggris menemukan bahwa tetrapoda memiliki hubungan tulang tengkorak yang lebih kompleks dibandingkan ikan. Alih-alih mempromosikan diversifikasi kehidupan di darat, perubahan anatomi tengkorak ini sebenarnya membatasi evolusi tengkorak tetrapoda.

Dari hasil analisis para ilmuwan, ditemukan bahwa hewan darat paling awal memiliki lebih sedikit tulang tengkorak daripada ikan. Hal itulah yang kemudian membatasi evolusi mereka. Padahal, dalam teori evolusi, tetrapoda dianggap berevolusi dari ikan.

Laporan lengkap analisis mereka telah diterbitkan di Science Advances dengan judul "Early tetrapod cranial evolution is characterized by increased complexity, constraint, and an offset from fin-limb evolution" baru-baru ini.

Seperti diketahui, tetrapoda merupakan hewan darat paling awal dengan anggota badan dan jari. Nenek moyang segala sesuatu mulai dari amfibi hingga manusia. Sementara, analisis baru ini menemukan tengkorak tetrapoda memiliki tulang lebih sedikit daripada ikan yang punah dan hidup.

Pada penelitian ini, para ilmuwan menganalisis tengkorak fosil hewan di seluruh transisi dari lingkungan akuatik ke lingkungan darat. Ilmuwan yang terlibat yakni para peneliti dari University of Bristol, Universitat Pompeu Fabra Barcelona dan University College London.

Mereka mengkuantifikasi struktur tulang tengkorak di lebih dari 100 hewan hidup dan fosil untuk lebih memahami bagaimana tengkorak berubah saat tetrapoda berevolusi.

Tetrapoda dianggap nenek moyang segala sesuatu mulai dari amfibi hingga manusia. (Ukhta Local Museum)

Penulis utama James Rawson dari Bristol's School of Earth Sciences mengatakan, bahwa tengkorak tetrapoda umumnya memiliki tulang tengkorak lebih sedikit daripada nenek moyang ikan mereka.

"Tetapi hanya menghitung jumlah tulang melewatkan beberapa data penting. Kami menggunakan teknik yang disebut analisis jaringan, di mana susunan tengkorak tulang -tulang mana yang terhubung, dicatat selain nomor tulang," kata Rawson.

Rekan penulis Borja Esteve-Altava, seorang ahli dalam teknik ini, mengatakan: "Secara tradisional, penelitian anatomi sebagian besar bersifat deskriptif atau kualitatif," katanya dalam rilis media.

"Analisis jaringan memberikan kerangka matematis yang baik untuk mengukur hubungan anatomi antara tulang: semacam data yang sering diabaikan dalam kebanyakan penelitian pada evolusi morfologis."

Para penulis menemukan bahwa tetrapoda yang memiliki tulang tengkorak lebih sedikit daripada ikan membuat susunan tengkorak mereka lebih kompleks.