Mengapa Pelangi Muncul setelah Hujan, tapi Kadang juga Tak Muncul?

By Utomo Priyambodo, Selasa, 11 Oktober 2022 | 15:00 WIB
Pelangi terlama yang memecahkan rekor dunia Guinness, berlangsung selama 9 jam. (Citra Anastasia)

Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda bertanya-tanya, mengapa pelangi kerap muncul setelah hujan? Tapi mengapa terkadang juga tak muncul atau tak kelihatan hingga hujan telah usai?

Yang perlu Anda ketahui, pelangi sebenarnya bukan "benda" dan tidak ada di "tempat" tertentu. Pelangi adalah fenomena optik yang muncul ketika sinar matahari dan atmosfer dalam kondisi yang pas, dan juga ketika posisi Anda tepat untuk melihatnya.

Jadi, munculnya pelangi disebabkan oleh paduan antara sinar matahari dan kondisi atmosfer. Ketika kondisi atmosfer tidak pas, maka pelangi tak akan muncul. Atau ketika posisi Anda tidak pas, pelangi juga tidak akan kelihatan.

Proses terbentuknya pelangi

Ketika cahaya memasuki tetesan air hujan, cahaya tersebut melambat dan berbelok atau terbiaskan saat bergerak dari udara ke air yang lebih padat. Cahaya juga terpantulkan di dalam tetesan air hujan, dan kemudian terurai menjadi masing-masing panjang gelombang komponennya atau warna-warna. Warna-warna yang terurai sesuai panjang gelombangnya masing-masing itulah yang kita lihat sebagai pelangi.

Jadi, sebagaimana dijelaskan oleh SciJinks, pelangi membutuhkan tetesan air untuk mengambang di udara. Itu sebabnya kita melihatnya tepat setelah hujan. Matahari harus berada di belakang Anda dan langit harus bersih dari awan sehingga tak menghalangi sinar matahari menuju teteas air agar pelangi muncul atau terlihat oleh kita.

Pertanyaan menarik lainnya, mengapa pelangi berbentuk busur?

Pelangi sebenarnya adalah lingkaran penuh, tetapi dari bumi kita hanya melihat sebagian saja. Dari pesawat terbang, dalam kondisi yang tepat, seseorang dapat melihat seluruh lingkaran pelangi.

National Geographic juga pernah mencatat bahwa bentuk pelangi sebenarnya adalah lingkaran penuh. Orang yang melihat pelangi dari pesawat terkadang bisa melihat pelangi melingkar ini. Adapun orang di darat hanya dapat melihat cahaya yang dipantulkan oleh tetesan air hujan di atas cakrawala.

   

Baca Juga: Cantiknya Lebah 'Pelangi' Australia, Terbang Sampai Indonesia

Baca Juga: Hormuz, Pulau Pelangi di Teluk Persia yang Tanahnya Bisa Dimakan

Baca Juga: Minum Air Hujan Lebih Berisiko Daripada yang Diperkirakan Sebelumnya.

  

Karena cakrawala setiap orang sedikit berbeda, tidak ada yang benar-benar melihat pelangi penuh dari bumi. Faktanya, tidak ada yang melihat pelangi yang sama.

Setiap orang memiliki titik antisolar yang berbeda. Setiap orang memiliki cakrawala yang berbeda. Titik antisolar adalah pusat lingkaran dari pelangi atau fenomena optik tersebut.

Seseorang yang berdiri di bawah atau di dekat "ujung" pelangi akan melihat pelangi lain dibandingka orang di ujung pelangi lainnya. Pelangi tampak memanjang dari cakrawalanya sendiri.

Namun, yang jelas, warna-warna pelangi muncul sebagai spektrum cahaya yang meliputi merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu.

National Geographic mencatat bahwa jenis pelangi yang paling dikenal dihasilkan ketika sinar matahari mengenai tetesan air hujan di depan penonton pada sudut yang tepat, yakni 42 derajat. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar kabut, semburan laut, atau air terjun.

Pusat pelangi primer adalah titik antisolar, titik imajiner yang persis berlawanan dengan matahari. Radius atau jari-jari pelangi ditentukan oleh indeks bias tetesan air. Indeks bias adalah ukuran seberapa banyak sinar cahaya dibiaskan (dibelokkan) ketika melewati dari satu medium ke medium lain, misalnya dari udara ke air.

Tetesan dengan indeks bias tinggi akan membantu menghasilkan pelangi dengan radius yang lebih kecil. Air asin memiliki indeks bias yang lebih tinggi daripada air tawar, misalnya, sehingga pelangi yang terbentuk oleh semprotan laut akan lebih kecil daripada pelangi yang terbentuk oleh hujan.