Begitu pula dengan penginapan. Banyak hotel di Jepang yang kini sudah menyediakan single-person service. Misalnya saja, inovasi hotel kapsul yang menawarkan kenyamanan sekaligus privasi bagi mereka yang menginap sendirian.
Selain restoran dan hotel, tren ohitorisama juga telah merambah hingga ke tempat karaoke. Hal itu diakui oleh Daiki Yamatani selaku Sales Manager perusahaan karaoke di Tokyo, 1Kara.
“Permintaan ruang karaoke untuk satu orang telah meningkat sebanyak 30 sampai 40 persen,” kata Yamatani, dikutip dari laman BBC, Rabu (15/1/2020).
Baca Juga: Mengintip Gedung Unik Berbentuk Gitar yang Penuh Fasilitas Megah
Padahal, sama dengan acara makan-makan, masyarakat Jepang selama ini menganggap karaoke sebagai kegiatan bersenang-senang yang “wajib” dilakukan bersama-sama.
Meski bertolak belakang dengan budaya kebersamaan yang melekat pada generasi tua di Jepang, tren ohitorisama diterima oleh sebagian besar masyarakat modern Jepang saat ini. Tak heran, menurut penelitian pada 2019, Jepang menjadi salah satu negara dengan tingkat individualisme yang tinggi di dunia.
Penelitian berjudul “The role of individual variable pay in a collectivistic culture society” tersebut mengungkapkan, skor individualisme masyarakat Jepang berada di angka 46. Sementara, skor individualisme masyarakat Indonesia hanya 14.
Kebebasan bereksplorasi
Penerimaan masyarakat Jepang terhadap ohitorisama bukan tanpa alasan. Orang yang menerapkan ohitorisama tidak dianggap mengisolasi diri dari lingkungan atau masyarakat sekitar. Konsep ini justru mendorong setiap individu untuk tidak terlalu bergantung pada orang lain.
Baca Juga: Studi Terbaru: Smartphone Bisa Deteksi Tingkat Kesepian Penggunanya
Konsultan senior dari perusahaan riset dan konsultan ekonomi terbesar di Jepang, Nomura Research Institute Motoko Matsushita mengatakan, ohitorisama justru dapat memberikan kebebasan individu untuk bereksplorasi sesuai dengan keinginan.
“Fenomena (ohitorisama) yang terus berkembang ini juga dapat membebaskan seseorang dari tekanan untuk menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitarnya,” ujar Matsushita, dikutip dari laman Business Times, Senin (12/11/2018).
Dilansir dari laman yang sama, sebuah survei juga menunjukkan bahwa orang-orang Jepang yang sering bepergian sendirian mengaku memperoleh lebih banyak waktu berkualitas daripada pergi bersama teman atau keluarga.
“Kehidupan modern dengan (pengaruh) media sosial di mana-mana juga membuat tren (ohitorisama) ini semakin diminati. Sebab, orang-orang ingin mencari ketenangan dari kehidupan (modern) yang tak ada hentinya itu,” tambah Matsushita.