Baca Juga: Alasan yang Perlu Anda Ketahui agar Tidak Memelihara Satwa Liar
Baca Juga: Di Indonesia, Para Pembunuh Orangutan Seringkali Tak Kena Hukuman
Dalam 30 tahun intervensi untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati, LPI terus mengamati penurunan, yang, kata WWF, bertindak sebagai indikator peringatan dini kesehatan ekosistem. Laporan tersebut menekankan pentingnya tindakan segera oleh pemerintah, perusahaan, dan masyarakat.
Planet ini telah menghangat sebesar 1,2 derajat Celsius sejak masa pra-industri, yang merupakan salah satu alasan mengapa spesies air tawar menunjukkan penurunan keseluruhan terbesar, yakni sebesar 83%. Pada tahun 2021, suhu laut adalah rekor terpanas untuk tahun ketiga berturut-turut. Hilangnya habitat dan hambatan jalur migrasi –misalnya bendungan– bertanggung jawab atas sekitar setengah dari ancaman yang dihadapi oleh ikan-ikan.
Sementara laporan tersebut menyoroti bahwa alam di dekat titik kritis, laporan itu juga menegaskan kembali bahwa tindakan transformatif langsung dapat memperlambat dan bahkan membalikkan hasil yang menghancurkan ini.
Pertemuan COP15 Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati diharapkan berlangsung di Montreal pada bulan Desember. Lambertini percaya ini akan menjadi kesempatan bagi para pemimpin untuk menetapkan arah bagi dunia dalam memberikan solusi untuk menghentikan atau “bangkit kembali” dari hilangnya keanekaragaman hayati.
Dalam skala yang lebih kecil, Lambertini mengatakan bahwa masyarakat dapat melakukan bagian mereka dengan mengikuti aturan sederhana: “Mengurangi tingkat konsumsi (terutama daging), dan lebih berkelanjutan” dalam upaya untuk mengurangi tekanan terhadap alam.
Bagaimanapun, generasi anak dan cucu kita juga membutuhkan topangan alam. Jadi, mari kita jaga bersama kelestarian bumi demi terlindunginya keanekaragaman hayati dan kehidupan umat manusia yang lebih berkelanjutan.