Nationalgeographic.co.id — Para peneliti dari University of Zurich telah mengurutkan genom tingkat kromosom kura-kura raksasa Aldabra (Aldabrachelys gigantea). Aldabra adalah satu dari hanya dua spesies kura-kura raksasa yang tersisa di dunia.
Ini adalah pertama kalinya genom tingkat kromosom berkualitas tinggi dikumpulkan dari kura-kura yang terancam punah tersebut. Genom, dalam genetika dan biologi molekular modern, adalah keseluruhan informasi genetik yang dimiliki suatu sel atau organisme.
Laporan penelitian ini telah diterbitkan di jurnal GigaScience yang merupakan jurnal akses terbuka. Laporan tersebut bisa didapatkan secara daring dengan judul "Chromosome-level genome assembly for the Aldabra giant tortoise enables insights into the genetic health of a threatened population."
Seperti diketahui, saat ini hanya ada dua spesies kura-kura raksasa yang masih ada, keduanya menghadapi ancaman kepunahan.
Kura-kura raksasa Galápagos (Chelonoidis niger dan subspesiesnya, sebelumnya kompleks spesies Chelonoidis niger) berasal dari Kepulauan Galapagos di Samudra Pasifik Timur, dan spesies dari kelompok ini terdaftar sebagai Rentan, Terancam Punah, atau Punah menurut Daftar Merah IUCN (Uni Internasional untuk Konservasi Alam).
Kura-kura raksasa Aldabra adalah hewan endemik di Atol Aldabra di Samudra Hindia Barat. Sebuah atol adalah suatu pulau koral yang mengelilingi sebuah laguna sebagian atau seluruhnya.
Mereka dapat mencapai berat hingga 300 kg, dan biasanya hidup selama lebih dari 100 tahun, dengan satu individu dilaporkan mencapai usia 250 tahun. Jika demikian, itu akan menjadikannya vertebrata darat tertua yang tercatat hingga saat ini.
Karena distribusinya yang sangat terbatas di alam liar dan ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, spesies ini terdaftar sebagai Rentan atau terancam punah.
Genom kura-kura raksasa mungkin menyimpan petunjuk tentang ciri-ciri sejarah hidup mereka yang luar biasa seperti rentang hidup yang panjang dan gigantisme.
"Informasi genom penting untuk upaya pemuliaan di kebun binatang, untuk menjaga keragaman genetik yang ada di alam liar," kata penulis utama Gözde ilingir, seorang peneliti di University of Zurich.
"Kami mengungkapkan bahwa sebagian besar genom mirip dengan genom Testudines lainnya yang diketahui (urutan yang terdiri dari penyu dan kura-kura).”