Nationalgeographic.co.id—Tim ilmuwan dari University of Pennsylvania melaporkan telah mendeskripsikan kura-kura cangkang luna yang hiduo di North Dakota 66,5 juta tahun yang lalu pada akhir Periode Kapur. Kura-kura tersebut diketahui hidup tepat sebelum kepunahan massal di zaman akhir Kapur, menjadikannya salah satu spesies paling awal dari genus tersebut.
Para ilmuwan menamai kura-kura tersebut Hutchemys walkerorum. Nama spesies walkerorum menghormati Greg dan Susan Walker, yang filantropinya menciptakan program 'The Greg and Susan Walker Endowment' pada tahun 2006. Berkat itu, mahasiswa di Departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan (EES) dapat mengajukan permohonan dana untuk melakukan proyek penelitian untuk yang tidak sumber pendanaan lain.
Hutchemys walkerorum diketahui hidup selama periode kapur akhir, ketika dinosaurus besar dan terkenal juga berkeliaran di Bumi, termasuk Tyrannosaurus rex dan Triceratops. Rincian penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal Cretaceous Research secara daring dengan judul "A softshell turtle (Testudines: Trionychidae: Plastomeninae) from the uppermost Cretaceous (Maastrichtian) Hell Creek Formation, North Dakota, USA, with implications for the evolutionary relationships of plastomenines and other trionychids".
Temuan ini menambah informasi penting untuk pemahaman para ilmuwan tentang kura-kura cangkang lunak secara lebih luas. Termasuk efek potensial dari kepunahan massal akhir Kapur, yang terjadi pada periode waktu yang sama, pada evolusi mereka.
Steven Jasinski, yang baru saja menyelesaikan Ph.D. di Departemen Ilmu Bumi dan Lingkungan Penn di School of Arts & Sciences, memimpin penelitian, bekerja sama dengan penasihat Peter Dodson dari School of Veterinary Medicine dan Penn Arts & Sciences. Tim peneliti termasuk Andrew Heckert dan Ciara Sailar dari Appalachian State University, Asher Lichtig dan Spencer Lucas dari New Mexico Museum of Natural History and Science.
Hutchemys walkerorum termasuk dalam kelompok kura-kura cangkang lunak tertentu dalam keluarga Trionychidae yang disebut plastomenin. Kura-kura ini mirip dengan kura-kura cangkang lunak yang ada saat ini. Meskipun plastron dari kura-kura plastomenine, tulang-tulang yang menutupi perut dan daerah perutnya, lebih kuat dijahit bersama dan seringkali lebih besar dan lebih kokoh daripada kura-kura cangkang lunak lainnya.
Plastomenin hidup selama periode Kapur dan Paleogen, sekitar 80 juta hingga 50 juta tahun yang lalu. Anggota kelompok ini pertama kali muncul dalam catatan fosil selama Kapur Akhir. Dan satu spesies berlanjut hingga Zaman Eosen, 50 juta tahun yang lalu, tetapi mereka berada pada keragaman puncaknya sebelum dan sesudah batas Kapur-Paleogen.
"Sampai saat ini kami tidak memahami kura-kura cangkang lunak ini dengan baik. Namun, kami mulai mendapatkan lebih banyak informasi tentang kelompok kura-kura yang punah ini dan lebih memahami evolusi mereka, termasuk bagaimana mereka menghadapi kepunahan massal," kata Jasinski dalam rilis University of Pennsylvania.
Spesimen fosil spesies baru, sebagian karapas, tulang yang menutupi punggung dan apa yang orang anggap sebagai "kulit" kura-kura, ditemukan pada tahun 1975 di barat daya North Dakota. Kru lapangan dari Appalachian State University yang dipimpin oleh Frank K. McKinney dan John E. Callahan mengumpulkan spesimen, bersama dengan spesimen Triceratops, musim panas itu. Spesimen fosil kura-kura tetap berada di Appalachian State hingga 2013.
Baca Juga: Jonathan si Kura-kura Tertua di Dunia, Tahun 2022 Berusia 190 Tahun
Source | : | Pennsylvania State University,Cretaceous Research |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR