Perdagangan juga penting bagi diplomasi Bizantium. Melalui hubungan perdagangan, Bizantium memengaruhi berbagai bangsa dan membentuk aliansi.
Pedagang Bulgaria dan Rusia membawa lilin, madu, bulu, dan linen. Sementara kulit dan lilin dibeli dari Pecheneg, orang nomaden yang tinggal di utara Laut Hitam pada abad ke-10. Rempah-rempah dan barang-barang manufaktur memasuki kekaisaran dari timur, biasanya dalam karavan perdagangan yang melewati kota-kota Anatolia.
Venesia juga merupakan mitra dagang kekaisaran. Pada tahun 992 kekuatan angkatan laut Venesia cukup besar untuk menjamin para pedagang Venesia diberikan pengurangan bea cukai di Konstantinopel.
Berkat sejarah Romawinya, Bizantium memiliki birokrasi yang maju dan sistem pemungutan pajak yang diperkenalkan oleh kaisar Diocletian (284-305 Masehi). Konstantinus (306-37 Masehi), kaisar dan pendiri Konstantinopel, berupaya memerangi inflasi dengan mencetak sejumlah besar kepingan emas karat tinggi berkualitas tinggi. Mata uang inilah, yang dikenal sebagai Nomisma atau Solidus yang membentuk basis moneter ekonomi Bizantium. Upaya sang kaisar menyebabkan perekonomian Bizantium cukup stabil hingga abad ke-11.
Kaisar kemudian melembagakan reformasi fiskal lebih lanjut,dan periode hingga abad ke-7 adalah masa pertumbuhan yang cukup besar.
Anastasius I (491-518) memperkenalkan mata uang perunggu dan menghapus chrysargyron, pajak kekaisaran untuk pedagang. Dia juga menghapus kekuasaan pemungutan pajak dari tangan pejabat lokal dan malah memberikannya kepada pejabat yang ditunjuk kaisar. Anastasius juga meresmikan gaji militer, sehingga mengurangi korupsi dan meningkatkan kas kekaisaran. Kekayaan besar ini memungkinkan kaisar berikutnya seperti Justinian I (527-65) untuk memperluas kekaisaran melalui penaklukan.
“Pajak Bizantium yang paling penting adalah pajak tanah,” tambah Crawford. Pajak ini dihitung berdasarkan nilai tanah yang dimiliki setiap orang. Pembagian yang digunakan adalah modius (kira-kira setara dengan ¼ hektar). Tanah berkualitas tinggi dihargai 1 koin emas, tanah kelas dua bernilai ½ koin emas, dan padang rumput 1/3. Sementara itu, kebun anggur dihargai jauh lebih tinggi daripada tanah lainnya. Petani juga membayar pajak pribadi yang kemudian menjadi pajak rumah tangga, yang dikenal sebagai kapnikos.
Birokrasi dan organisasi
Kekaisaran Bizantium memegang monopoli mata uang dan melakukan intervensi dalam perekonomian dengan berbagai cara. Ini mengendalikan suku bunga dan dengan hati-hati mengatur kegiatan ekonomi di Konstantinopel. Intervensi ini juga menetapkan peraturan ketat untuk diikuti oleh serikat kota.
Kekaisaran pun campur tangan untuk memastikan bahwa ibu kota dilengkapi dengan gandum dan menurunkan harga roti. Pasalnya, kerusuhan dapat mengancam pemerintahan kaisar jika makanan mahal dan tidak tersedia di Konstantinopel.
Baca Juga: Jatuhnya Kekaisaran Romawi, Kenapa Lebih Cepat daripada Bizantium?