"Analisis filogenetik kami mengonfirmasi atribusi pteranodontian non-nyctosaurid untuk spesies baru ini dan mendukung klad berbasis apomorphy baru, Aponyctosauria, yang didefinisikan dalam makalah kami," jelas mereka.
Baca Juga: Bukan 24 Jam, Inilah Satu Hari di Zaman Dinosaurus Berlangsung
Baca Juga: Penemuan Tak Sengaja Fosil Dinosaurus Terbesar Eropa di Halaman Rumah
Baca Juga: Thanatosdrakon amaru, Reptil Terbang yang Dijuluki Naga Kematian
"Pteranodontia Kapur Akhir jarang terjadi di Afrika Sub-Sahara dan di seluruh belahan bumi selatan."
Sisa-sisa fosil beberapa individu Epapatelo otyikokolo dan pterosaurus lainnya ditemukan di bagian atas Formasi Mucuio dekat komune Bentiaba di provinsi Namibe, Angola.
"Republik Angola, di pantai barat Afrika selatan, adalah rumah bagi daerah gurun Namibe yang gersang dan memiliki singkapan fosil yang melimpah," kata para ilmuwan.
Pada zaman Maastric Akhir, garis pantai Angola saat ini telah terbentuk, dan Afrika pada dasarnya telah diisolasi dari daratan benua lainnya. Itu berarti bahwa spesies penghuni dapat dispesialisasikan lebih lanjut secara endemik ke dalam paleobiologi unik mereka sendiri.
Kumpulan fosil dari Formasi Mucuio memberikan pandangan pertama tentang paleobiodiversitas pterosaurus Angola yang memberikan wawasan lebih lanjut tentang ekosistem Gondwana pada zaman Kapur Atas.
"Kami berhipotesis bahwa pterosaurus Angola memasuki alam laut saat memberi makan, sama seperti burung laut modern seperti gannet dan pelikan cokelat (spesies yang mencari makan dengan menyelam)," kata para penulis.
Menurut para peneliti, selain bukti taphonomic dan kelimpahan konsumen utama, distribusi pterosaurus tetap konsisten dengan interpretasi wilayah Bentiaba di Angola.
"Wilayah tersebut mewakili daerah upwelling yang kaya yang mendukung komunitas yang beragam di sepanjang pantai Afrika Kapur, termasuk pterosaurus penyelam dalam mencari makan," kata peneliti.
"Kerja lapangan lebih lanjut dan pengambilan sampel dari lokasi yang melimpah ini tentu akan menghasilkan lebih banyak wawasan tentang paleobiodiversity dari Maastrichtian Bawah, baik secara global maupun untuk Afrika pada khususnya."