Fakta-fakta Menyesatkan tentang Romawi Kuno Versi Budaya Populer

By Sysilia Tanhati, Jumat, 4 November 2022 | 14:00 WIB
Budaya populer dapat memberikan kita pandangan tentang beragam hal. Namun, banyak fakta-fakta menyesatkan tentang Romawi kuno versi budaya populer. (Yale University Art Gallery)

Nationalgeographic.co.id—Budaya populer dapat memberikan kita pandangan tentang beragam hal, seperti peristiwa bersejarah, orang, dan peradaban. Namun sering kali, fakta-fakta yang disajikan telah disederhanakan, distereotipkan, atau “didaur ulang” untuk memberikan hiburan. Seringkali, tindakan tersebut justru menyembunyikan kebenaran atau fakta yang sebenarnya. Misalnya tentang Romawi kuno. Banyak film dengan latar belakang Romawi kuno yang memberikan informasi yang salah tentang kehidupan di zaman itu. Berikut fakta-fakta menyesatkan tentang Romawi kuno versi budaya populer.

Wanita Romawi kerap mengenakan pakaian terbuka

Di film-film, wanita Romawi tampil dengan mengenakan pakaian yang memamerkan kulit serta belahan dada. Pakaian terbuka mungkin dikenakan untuk menekankan daya tarik dan sensualitas.

Mengapa tidak akurat? Wanita di dunia Romawi cenderung menunjukkan kulit sesedikit mungkin ketika meninggalkan rumah. Wanita yang sudah menikah menunjukkan kesopanan mereka dengan pakaian berlapis. “Selain kesopanan, pakaian berlapis juga mencerminkan kekayaan penggunanya,” ungkap Melissa Sartore di laman Ranker.

Pakaian umumnya lebih berwarna dan memiliki hiasan rumit tergantung pada kekayaan wanita itu.

Semua orang selalu mengenakan toga

Benarkah toga menjadi pakaian pilihan di seluruh wilayah Romawi kuno dan dikenakan di depan umum oleh semua orang?

Toga secara eksklusif dikenakan oleh laki-laki, diwajibkan pada pertemuan publik sebagai cara untuk mengakui kewarganegaraan.

Tidak seperti yang ditayangkan di film-film berlatar Romawi kuno, tunik sederhana lebih lazim dikenakan oleh masyarakat Romawi. Orang bebas, pelayan, dan budak semuanya mengenakan tunik. Bahkan karena kerumitan toga, bahkan hakim semakin jarang memakainya seiring dengan berjalannya waktu selama periode kekaisaran.

Kapal didayung oleh para budak

Di film-film Romawi, narapidana dan budak dipaksa untuk mendayung kapal. Tidak jarang, mereka dirantai dan dicambuk setiap melakukan kesalahan.

Informasi menyesatkan ini dipopulerkan pada tahun 1959 oleh film Ben-Hur. Mmenurut para ahli, hanya ada sedikit bukti yang mendukung informasi itu. Seperti yang ditulis sejarawan Alex von Tunzelmann, “Sebagian besar kapal Romawi membutuhkan pendayung yang terampil.”