Walau Corona adalah Pandemi Zoonosis, Tren Pelihara Satwa Liar Marak

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 4 November 2022 | 07:15 WIB
Ilustrasi monyet ekor panjang. Pemeliharaan satwa liar meningkat di masa pandemi. Padahal, pandemi COVID-19 muncul akibat kedekatan kita dengan satwa liar. (LoweStock/Getty Images/iStockphoto)

Baca Juga: Alasan yang Perlu Anda Ketahui agar Tidak Memelihara Satwa Liar

Baca Juga: Dunia Hewan: Ancaman bagi Burung Bermigrasi, Polusi Cahaya dan Racun

   

Lewat makalahnya, Rheza juga memantau kasus pemberitaan pemeliharaan satwa liar yang marak selama pandemi. Para pemelik satwa liar antara lain didominasi oleh masyarakat, tokoh masyarakat (seperti figur publik, artis, dan selebritas), hingga aparatur sipil negara (ASN) atau politisi. Hewan yang dipelihara adalah harimau benggala, monyet makaka, siamang, simpai, lumba-lumba, singa, owa, kukang, dan buaya muara.

"Jadi kalau dilihat ini mungkin kejadiannya sedikit, cuma satu-dua (kasus), tetapi yang perlu diperhatikan bagaimana efeknya kepada umum secara umum," kata Rheza. "Mungkin yang pelihara cuma satu-dua yang viral, tetapi efeknya kepada masyarakat begitu besar. Ada lonjakan orang memelihara satwa seperti monyet, beruk, dan makaka."

Perdagangan satwa liar yang berhasil digagalkan. (Bayu Dwi Mardana)

Dia menjelaskan perbedaan pemberitaan kepemilikan satwa liar justru meningkat di tahun 2021. "Ini seperti tren yang meningkat," lanjut Rheza. "Sebetulnya kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, konten pemeliharaan tidak begitu banyak, tetapi menjadi viral kemudian diikuti orang. Ini bisa dipikirkan itu, efek ikut-ikutan. Sebagian masyarakat kita itu latah"

Dengan kata lain, dengan adanya pemilik satwa, kemudian disokong oleh konten media, tren pemeliharaan satwa ikut naik.

"Ini seperti tren yang meningkat," lanjut Rheza. "Sebetulnya kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, konten pemeliharaan tidak begitu banyak, tetapi menjadi viral kemudian diikuti orang. Ini bisa dipikirkan itu, efek ikut-ikutan. Sebagian masyarakat kita itu latah."

Belum lagi konten-konten terkait kepemilikan satwa liar justru menyiksa satwa liar itu sendiri. Melansir Narasi, satwa liar, dalam hal ini monyet, sering dijadikan video konten penyiksaan sadis. Konten seperti ini pun memiliki peminatnya.

Namun, Rheza menambahkan, penyiksaan terhadap hewan bisa berbentuk hal yang sekilas tidak dilihat oleh manusia. Misalnya, kita akan menganggap bahwa monyet makan nasi padang adalah hal yang lucu dan biasa saja, akan tetapi bisa berbahaya bagi pencernaan mereka. Beberapa dari konten pemeliharaan satwa, bahkan mengungkapkan perilaku stres yang bisa diketahui pengamat satwa liar.