Ilmuwan Bingung, Mengapa Efek Vaksin Pada Setiap Orang Berbeda-beda

By Ricky Jenihansen, Selasa, 8 November 2022 | 13:00 WIB
Evek vaksin covid-19 bisa berbeda-beda pada setiap orang. (ABP Live)

Nationalgeographic.co.id — Efek vaksin yang berbeda-beda pada setiap orang telah membuat bingung para ilmuwan. Sekarang mereka ingin mencari tahu mengapa hal itu bisa terjadi dan mereka memeriksa mekanisme biologis yang mungkin bertanggung jawab.

Temuan baru dari meta-analisis memeriksa mekanisme biologis yang bertanggung jawab atas mengapa sistem kekebalan beberapa orang merespons secara berbeda terhadap vaksinasi, yang dapat memiliki implikasi global untuk pengembangan dan pemberian vaksin.

Hasil analisis mereka telah diterbitkan di Nature Immunology yang merupakan jurnal akses terbuka. Makalah tersebut diterbitkan secara daring dengan judul "Pan-vaccine analysis reveals innate immune endotypes predictive of antibody responses to vaccination."

Penelitian tersebut merupakan bagian dari serangkaian studi untuk The Human Immunology Project Consortium (HIPC), sebuah jaringan lembaga penelitian nasional yang mempelajari berbagai respons terhadap berbagai infeksi dan vaksinasi.

Peneliti Emory menganalisis karakteristik molekuler dari 820 orang dewasa muda yang sehat yang diimunisasi dengan 13 vaksin yang berbeda untuk mengidentifikasi biomarker spesifik yang menghasilkan respons antibodi terhadap vaksin.

Para peserta dipisahkan menjadi tiga endotipe, atau kelompok dengan ekspresi gen yang sama, berdasarkan tingkat respon inflamasi sebelum vaksinasi – kelompok inflamasi tinggi, kelompok inflamasi rendah, dan kelompok inflamasi sedang.

Ilustrasi vaksin covid-19. (Mckinsey)

Setelah mempelajari perubahan imunologi yang terjadi pada peserta setelah vaksinasi, peneliti menemukan kelompok yang memiliki tingkat peradangan tertinggi sebelum vaksin memiliki respon antibodi terkuat.

"Kami terkejut karena peradangan biasanya digambarkan sebagai sesuatu yang buruk," kata Slim Fourati, PhD, peneliti bioinformatika di Emory University dan penulis pertama makalah tersebut.

"Data ini menunjukkan bahwa beberapa jenis peradangan sebenarnya dapat mendorong respons yang lebih kuat dari vaksin."

Fourati, Rafick-Pierre Sekaly, profesor dan penulis senior makalah ini, dan tim HIPC mengidentifikasi biomarker spesifik di antara kelompok ini dan fitur seluler yang mencirikan tanda inflamasi pra-vaksinasi, informasi yang dapat digunakan untuk memprediksi seberapa baik seseorang akan merespon vaksin.

"Dengan pengetahuan yang kita miliki sekarang tentang karakteristik sistem kekebalan yang memungkinkan respons yang lebih kuat, vaksin dapat disesuaikan untuk memicu respons ini dan memaksimalkan efektivitasnya," kata Fourati.