Benarkah Aleksander Agung Sedang Mabuk saat Membakar Persepolis?

By Sysilia Tanhati, Senin, 14 November 2022 | 14:00 WIB
Beberapa sejarawan menuturkan bahwa Aleksander Agung dan pasukannya mabuk saat merayakan kemenangan. Itu memicu mereka untuk membakar Persepolis, ibu kota kekaisaran. (Georges-Antoine Rochegrosse)

Arian

Akan tetapi, sejarawan Arrian dari Nikomedia tidak setuju dengan sejarawan-sejarawan lain. Dalam catatannya, ia menggunakan sumber-sumber utama Ptolemy dan Aristobulus, keduanya diduga sebagai saksi mata peristiwa tersebut. Arian mengeklaim:

Ptolemy dan Aristobulus adalah penulis yang paling dapat dipercaya tentang penaklukan Aleksander. Mereka bertempur bersama Aleksander. Sedangkan Ptolemy adalah raja. “Akan sangat memalukan bagi seorang raja jika ia mengisahkan kebohongan,” tulis Arrian.

Arrian percaya motivasi untuk membakar Persepolis begitu jelas. Dia tidak repot-repot menjelaskan lebih jauh, apa yang dia lihat, menyatakan yang sudah jelas.

Menurut Arrian, Persepolis dengan sengaja dan sadar dibakar sebagai pembalasan atas orang Persia yang membakar Athena pada 480 Sebelum Masehi.

Kolom-kolom yang selamat dari kebakaran. (Wikipedia)

Arrian menulis, "Aleksander membakar istana di Persepolis untuk membalas dendam orang-orang Yunani. Sebab orang-orang Persia telah menghancurkan kuil-kuil dan kota-kota Yunani dengan api dan pedang."

Karena baik Ptolemy maupun Aristobulus tidak mengeklaim pengetahuan tentang pesta mabuk yang mengarah ke api, Arrian menganggap tidak ada pesta seperti itu.

Namun dia, sendiri, mengatakan, "bahkan penulis yang paling dapat dipercaya, orang-orang yang benar-benar bersama Aleksander pada saat itu, telah memberikan laporan yang bertentangan tentang peristiwa yang pasti sangat mereka kenal". Ia mengakui bahwa apa yang sebenarnya mendorong pembakaran Persepolis mungkin tidak akan pernah diketahui.

Diodorus mencatat penyebab lain mengapa Aleksander membakar kota itu, meski tidak dijelaskan secara terang-terangan. Dia mengungkapkan bahwa ketika Aleksander dan pasukannya mendekati Persepolis, mereka bertemu dengan kerumunan 800 pengrajin Yunani. Mereka semua ditawan di Persepolis.

Orang-orang ini—pria dan wanita tua—telah ditawan bertahun-tahun sebelumnya. Sebagai pekerja terampil, mereka ditugaskan untuk berbagai tugas di kota. Namun, tawanan dari Yunani itu dimutilasi—beberapa kehilangan tangan atau kaki—sehingga tidak dapat melarikan diri.