Menelisik Tantangan Penerapan Gaya Hidup Zero Waste di Era Modern

By Yussy Maulia, Kamis, 17 November 2022 | 15:19 WIB
Gaya hidup zero waste menjadi salah satu upaya penyelamatan lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup. (Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id – Seiring dengan semakin modernnya gaya hidup manusia, permintaan akan kebutuhan sehari-hari terus meningkat. Tanpa disadari, tingginya permintaan tersebut turut berkontribusi pada penumpukan sampah. Saat ini, sampah yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari diperkirakan mencapai jutaan ton setiap tahun.

Untuk mencegah bertambahnya penumpukan sampah, penerapan gaya hidup nol sampah atau zero waste dapat menjadi solusi. Gaya hidup ini dilakukan sebagai upaya untuk tidak menghasilkan sampah, baik dengan mengurangi kebutuhan maupun menggunakan kembali suatu barang (reuse).

Sayangnya, menerapkan gaya hidup zero waste tidak semudah kelihatannya. Ada beberapa tantangan yang membuat gaya hidup ini sulit untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari.

Menurut Head of Marketing Great Eastern Life Indonesia, Roy Hendrata Gozalie, tantangan dalam menerapkan gaya hidup zero waste terdiri dari tantangan eksternal dan internal. Tantangan eksternal, menurutnya, sulit untuk dikontrol.

Baca Juga: Meniru Gaya Hidup Nol Sampah Tanpa Menggurui Ala Maurilla Imron

Hal tersebut ia sampaikan dalam acara bertajuk “Climate Talk Reach for a Greener Tomorrow: Zero Waste for Beginners”. Acara kolaborasi Great Eastern Life Indonesia dan Saya Pilih Bumi tersebut digelar secara daring melalui Instagram Live, Kamis (10/11/2022).

“Sejak pandemi, hampir semua restoran menerapkan sistem delivery. Mau tidak mau, restoran menggunakan kemasan plastik untuk membungkus makanan. Hal seperti ini tidak bisa dicegah karena penggunaan plastik memang wajib agar makanan enggak terkontaminasi,” papar Roy.

Sementara itu, untuk tantangan internal, kebanyakan masyarakat Indonesia menilai bahwa gaya hidup zero waste cenderung merepotkan dan tidak efisien.

“Orang-orang zaman sekarang, terutama anak muda, belum tentu mau bawa tempat makan sendiri saat beli makanan untuk dibungkus karena dianggap kurang praktis. Padahal, hal tersebut bisa membantu mengurangi sampah plastik,” ujar Roy.

Baca Juga: Panduan Masa Depan: Cara Menangkal dari Radiasi Kosmis di Luar Angkasa

Selain itu, masyarakat Indonesia terbiasa dengan pola konsumsi sekali pakai. Akibatnya, mereka cenderung ingin terus membeli barang (impulsive buying), meski sebenarnya barang tersebut tidak terlalu dibutuhkan.

“Contoh sederhananya, baju. Setiap saat, pasti ada saja produk (baju) baru dengan varian, motif, dan bahan yang berbeda. Orang-orang tergoda untuk membeli terus sehingga baju menumpuk di lemari. Padahal, kalau dipikirkan lagi, toh baju yang dipakai itu-itu saja,” kata Roy.

Mengingat sampah merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan terbesar, Roy pun mengajak masyarakat Indonesia untuk menerapkan gaya hidup zero waste demi kualitas hidup yang lebih baik. Sebab, ketika lingkungan dan kelestarian bumi terjaga, kualitas hidup manusia akan meningkat.

Mulai dari Hal Sederhana

Dalam kesempatan sama, Roy memberikan sejumlah tips bagi masyarakat yang ingin mulai menerapkan gaya hidup zero waste.

Baca Juga: Mengaku Cinta Alam? Yuk Traveling ke Gunung Tanpa Menyisakan Sampah

“Mulai saja dari hal-hal sederhana dulu, seperti membawa shopping bag sendiri dan tumbler setiap bepergian. Untuk produk rumah tangga, misalnya sabun cair, usahakan beli yang kemasan refill. Selain lebih murah, kita bisa ikut mengurangi sampah botol,” papar Roy.

Selain itu, masyarakat juga sebaiknya memahami manfaat menerapkan gaya hidup zero waste untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar. Sebab, hal ini dapat menjadi motivasi untuk konsisten dalam mengurangi sampah setiap hari.

“Jangan menerapkan gaya hidup zero waste karena ikut-ikutan orang dan fear of missing out (FOMO), yang penting disiplin mengurangi sampah seminimal mungkin setiap hari serta pikirkan manfaatnya untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitar,” kata Roy.

Tidak hanya di lingkungan rumah, gaya hidup zero waste juga dapat diterapkan di lingkungan lain, termasuk kantor.

Baca Juga: Butik Berkelanjutan ala Kiehl's: Contoh Bisnis Ramah Lingkungan

“Di Great Eastern Life Indonesia, kami berupaya melakukan transformasi digital sehingga layanan yang dulunya paper-based, kini menjadi digital. Salah satunya adalah layanan e-policy,” ujar Roy.

E-policy adalah Polis asuransi yang diterbitkan dalam bentuk dokumen elektronik. Adapun kelebihan e-policy adalah mudah diakses, proses penerbitan lebih cepat, dan minim risiko kehilangan.

Meski demikian, Roy mengaku digitalisasi layanan yang dilakukan perusahaannya tak lepas dari tantangan. Apalagi, rata-rata usia nasabah adalah 40 tahun ke atas sehingga pemahamannya untuk mengakses teknologi digital kurang memadai.

“Namun, kami percaya kalau ada benefit yang bisa disampaikan dan dikomunikasikan secara konsisten, pasti nasabah lama-lama tergelitik untuk mencari tahu. Terbukti, kurang dari tiga bulan, kami berhasil meyakinkan banyak nasabah untuk memanfaatkan layanan e-policy,” ujar Roy.

Baca Juga: Kelestarian Lingkungan Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Selain itu, Great Eastern Life Indonesia juga rutin mengadakan program inisiatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup minim sampah, salah satunya adalah program Gerakan 5.000 Reusable Bags.

“Beberapa kali kami juga membagikan merchandise yang ramah lingkungan kepada nasabah saat melaksanakan engagement activities, seperti tumbler dan sedotan stainless steel,” kata Roy.

Sebagai informasi, acara Climate Talk Reach for a Greener Tomorrow: Zero Waste for Beginners merupakan bagian dari kampanye Reach for a Greener Tomorrow dari Great Eastern Life Indonesia.

Kampanye Reach for a Greener Tomorrow diluncurkan untuk memotivasi masyarakat Indonesia untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, salah satunya dengan menerapkan gaya hidup hijau yang minim sampah. Mengejar kualitas hidup yang lebih baik merupakan bagian dari langkah untuk Jadi Hebat, Reach for Great. Menjadi Hebat tidak akan berarti jika tidak bisa melindungi bumi tempat tinggal.

Informasi selengkapnya terkait kampanye Reach for a Greener Tomorrow dan Great Eastern Life Indonesia dapat Anda akses melalui tautan ini.