Lophopetalum tanahgambut, Spesies Baru Pohon Raksasa dari Sumatra

By Ricky Jenihansen, Rabu, 23 November 2022 | 16:00 WIB
Lophopetalum tanahgambut merupakan pohon dengan kanopi atas yang besar yang tumbuh setinggi 40 m. (Randi et al.)

Nationalgeographic.co.id—Para ahli dari NUS Environmental Research Institute (NERI) di Singapura telah mengidentifikasi spesies baru pohon raksasa dari Sumatra. Spesies pohon yang baru diidentifikasi ini dinamakan Lophopetalum tanahgambut, nama yang merujuk kepada genus dan habitat pohon ini.

Laporan lengkap penemuan tersebut telah diterbitkan di jurnal Phytotaxa edisi 17 November 2022 dengan judul "Lophopetalum tanahgambut, a new endemic giant tree species from peat swamp forest of Sumatra, Indonesia, with the first pseudoverticillate leaf arrangement in genus Lophopetalum (Celastraceae)."

Lophopetalum tanahgambut merupakan pohon dengan kanopi atas yang besar yang tumbuh setinggi 40 m, dengan diameter batang setinggi dada mencapai 1,05 m. Spesies pohon yang baru diidentifikasi milik genus Lophopetalum dalam keluarga kosmopolitan Celastraceae.

Genus ini mencakup hampir 20 spesies asli yang diakui saat ini di India, Bangladesh, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Nugini, Filipina, Thailand, Vietnam, Australia, dan Kepulauan Andaman.

"Dalam keluarga Celastraceae, suku Lophopetaleae termasuk tiga genera paleotropis dengan biji bersayap yang tidak memiliki aril: Kokoona, Lophopetalum dan Peripterygia," kata peneliti NERI Agusti Randi dan rekannya.

"Genus terbesar adalah Lophopetalum dengan 19 spesies yang ditentukan oleh permukaan bagian dalam kelopak dengan berbagai pelengkap," kata para peneliti.

"Lophopetalum membentang dari India hingga Australia utara tetapi keanekaragaman spesies berpusat di Malesia barat, dan tujuh dari 19 spesies yang diterima telah dilaporkan dari pulau Sumatra di Indonesia."

Tapi, ia menambahkan, semuanya merupakan perluasan dari spesies yang dideskripsikan dari spesimen dari Kalimantan, India atau Semenanjung Malaysia.

Dinamakan Lophopetalum tanahgambut, karena spesies baru ini hanya diketahui dari hutan rawa gambut di pulau Sumatra, Indonesia.

"Hutan rawa gambut dikenal dengan keunikannya yang miskin unsur hara, kaya karbon, dan kondisi basah yang memerlukan adaptasi khusus untuk bertahan hidup," jelas para peneliti.

"Habitat ini, bagaimanapun, masih dipelajari dengan buruk dan telah mengalami konversi ekstensif menjadi perkebunan dengan hanya 11% dari hutan rawa yang tidak terganggu yang tersisa dan dengan area lain yang terdegradasi dan masih mengalami konversi menjadi perkebunan."

Lophopetaleae termasuk tiga genera paleotropis dengan biji bersayap yang tidak memiliki aril. (Randi et al.)

Lophopetalum tanahgambut tumbuh setinggi 40 m dan memiliki dbh hingga 1,05 m. Sistem akar lututnya lebar, hingga 15 m mengelilingi pohon, menjulang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah.

Kulit batangnya halus, retak membujur hingga bersisik, abu-abu muda hingga kusam, atau putih susu. Kulit bagian dalam berwarna oranye merah muda hingga coklat kemerahan pucat.

"Spesies ini adalah satu-satunya pohon Lophopetalum yang dikenal dengan 3-4 daun dalam susunan pseudoverticillate," catat para ilmuwan.

Lophopetalum tanahgambut diamati berbunga pada bulan Februari-April, dan berbuah pada bulan April-Juni. "Kami telah mengamati banyak pohon dalam berbagai tahap kehidupan di alam liar, dan daun pseudoverticillate konsisten," kata penulis.

Pada cabang yang lebih tua, peneliti menjelaskan, kadang-kadang mereka menemukan daun yang berseberangan tetapi biasanya juga terdapat bekas luka sedikit di bawahnya yang menunjukkan bahwa mereka tidak diatur secara berlawanan dari awal, tetapi bergeser posisinya saat cabang menjadi dewasa.

   

Baca Juga: Menanam Pohon dapat Menurunkan Tingkat Kematian Suatu Wilayah

Baca Juga: Apa yang Bakal Terjadi apabila Semua Pohon di Bumi Menghilang?

Baca Juga: Hutan Prasejarah Masih Tumbuh di Borneo sejak Empat Juta Tahun Lalu

   

"Kalau ranting bersudut 3-4 tergantung jumlah daun pada satu ruas, dan ini terlihat jelas saat ranting masih muda," kata para peneliti.

Para peneliti merekomendasikan bahwa spesies baru tersebut harus dikategorikan sebagai Sangat Terancam Punah.

"Lophopetalum tanahgambut tumbuh di hutan rawa gambut dataran rendah yang relatif tidak terganggu, yang dilindungi oleh komitmen sukarela dari konsesi sebagai kawasan konservasi dan terpencil," kata para peneliti.

Pengumpulan yang lebih ekstensif di wilayah yang lebih luas, lanjutnya, mungkin mengungkapkan sebaliknya. "Tetapi untuk saat ini kita harus mengasumsikan ukuran populasi yang kecil dan distribusi yang terbatas di Sumatra," kata para peneliti.

"Sementara secara keseluruhan, hutan rawa gambut yang tidak terganggu telah menurun dan terancam di seluruh Asia Tenggara, dan sebagian besar lahan gambut yang tersisa dikonversi menjadi lahan perkebunan atau terdegradasi akibat drainase."