Nationalgeographic.co.id—Kehidupan Romawi dan zaman modern sudah pasti sangat berbeda. Masing-masing mempunyai pola pikir yang berbeda terlebih dengan keadaan di dunia yang terus berevolusi.
Pola pikir Romawi melibatkan kekejaman dalam 'dosis' tinggi. Tapi orang Romawi membenarkannya dengan berbagai alasan. Meskipun orang Romawi tidak pernah menyukai gaya hidup Yunani, namun orang Yunani, seperti bahasa, dan seni tidak dapat dipisahkan dari pola pikir Romawi.
Bangsa Romawi membawa kekejaman ke tingkat yang baru, tetapi mereka tidak menciptakannya. Memang, Colosseum adalah tempat utama bagi 50.000 orang untuk mengamati kekejaman secara langsung. Namun, mengingat popularitas film dan game kekerasan, kita dapat menyimpulkan bahwa mereka bukan satu-satunya yang suka menonton kekerasan. Jadi bagaimana pemikiran terdahulu orang Romawi dari sisi kehidupan masyarakat, sosial dan ekonomi?
Ketertarikan Romawi pada Kekerasan
Kekejaman memang mendapat tempat tinggi dalam pola pikir Romawi, tetapi itu bukanlah sebuah nilai. Jadi, mereka membenarkan kegemaran mereka akan darah dengan itu, misalnya, orang yang terbunuh di Colosseum dan amfiteater lain di Kekaisaran bukanlah orang sungguhan. Mereka sebagian besar adalah tawanan perang, budak yang menjadi gladiator, penjahat yang dihukum.
Sosiolog dan sejarawan Keith Hopkins menyatakan bahwa agama Romawi juga memiliki pembunuhan ritual. Dengan kata lain, pertarungan gladiator adalah salah satu bentuk pengorbanan kepada para Dewa. Tetap saja tidak semuanya religius, dan nafsu mereka untuk memenggal kepala dan tangan orang serta merobek lidah mereka sebagian untuk menjaga agar semuanya tetap terkendali.
Romawi dan Yunani
Aspek penting lain dari pola pikir Romawi adalah hubungan mereka dengan orang Yunani. Orang Romawi tidak terlalu mempercayai orang Yunani, tetapi hidup mereka penuh dengan pengaruh Yunani. Bangsa Romawi berpangkat tinggi memiliki budak, tutor, dan karya seni Yunani yang tahu sastra Yunani bahkan bisa berbicara dan membaca bahasa Yunani.
Patung-patung Yunani sangat berharga untuk dimiliki sehingga jika orang Romawi tidak dapat membeli karya aslinya, mereka akan membeli salinannya di pasar. Namun, patung Yunani bukanlah satu-satunya hal yang ingin dibeli dan dimiliki oleh orang Romawi.
Orang Romawi membeli sebanyak mungkin dan mengimpor dari mana saja, terutama di seluruh Kekaisaran. Barang-barang diangkut dalam amphorae, karung, botol kaca, peti kayu, dan tong dari negara lain di bawah pemerintahan Romawi.
Privasi Menjadi Tidak Penting
Di dunia Romawi privasi tidak sepenting hari ini. Mungkin karena tidak bisa eksis seperti sekarang. Pertama, orang Romawi memiliki budak yang selalu ada di rumah dan mengetahui semua urusan pribadi mereka.
Para budak dapat mendengar pemilik Romawi bertengkar dengan pasangannya, mengeluh tentang tetangga, berbicara negatif tentang kaisar, dan sebagainya. Ini mungkin terlihat sangat tidak nyaman bagi orang modern, tetapi itu tidak benar-benar memenuhi pikiran orang Romawi. Privasi tidak begitu umum dalam masyarakat budak di dunia kuno.
Tidak pentingnya privasi juga terlihat di toilet umum. Jamban Romawi tidak memiliki tembok pesta, dan setiap orang harus duduk di ruang terbuka. Tentu saja, pakaian saat itu longgar dan menutupi lebih banyak tubuh dalam posisi duduk. Tidak ada bukti yang menunjukkan apakah laki-laki dan perempuan memiliki fasilitas yang terpisah atau tidak.
Baca Juga: Orang Romawi Dicap Gemar Mengadakan Pesta Pora nan Liar, Ini Faktanya
Baca Juga: Penyebab Kematian Umum Orang Romawi Kuno, Samakah dengan Zaman Modern?
Baca Juga: Mengenal Sprintia, 'Menu Gaya Seks' Romawi Kuno di Rumah Pelacuran
Namun, di Herculaneum, ada jamban di dekat pemandian pria, tetapi tidak ada yang berdekatan dengan pemandian wanita, yang berarti bahwa wanita terkadang harus berbagi fasilitas yang sama dengan pria.
Kondisi Fisik Kehidupan di Roma
Banyak orang Romawi harus hidup dalam kondisi yang tidak sehat, tidak nyaman, penuh sesak, dan berbahaya. Terjadi kesenjangan yang ekstrim antara si kaya dan si miskin, yang membuat jalanan penuh dengan pengemis, pencuri, dan pelacur. Di jalanan, bau urin dan kotoran manusia begitu memuakkan sehingga orang kaya mengangkat mawar ke hidung mereka.
Koin Kuno Kekaisaran Romawi
Lalu lintas sangat padat, dan kendaraan beroda hanya diperbolehkan bergerak pada malam hari. Dalam masyarakat yang begitu padat, wabah penyakit terjadi setiap tahun.
Pada saat yang sama, Roma menawarkan peluang kemajuan yang tak tertandingi bagi mereka yang pekerja keras, giat, dan ambisius, terlepas dari status sosial atau ekonomi mereka. Orang Romawi sangat peduli dengan waktu luang dan relaksasi sehingga berbagai macam hiburan ditawarkan hampir tanpa biaya.
Bersamaan dengan semua kekejaman dan perbudakan, budak Romawi tidak hanya diizinkan untuk mendapatkan kebebasan mereka, tetapi juga memiliki persyaratan paralel untuk maju dan menjadi warga negara Romawi.