Berkat Bioarkeologi, Kita Bisa Bertatap Muka dengan Firaun Tutankhamun

By Sysilia Tanhati, Senin, 28 November 2022 | 11:00 WIB
Melalui bioarkeologi, Andrew Nelson dan tim merekonstrusi wajah Firaun Tutankhamun. Bioarkeologi memungkinkannya untuk memahami bagaimana orang hidup ribuan tahun yang lalu. (Christian Corbet & Andrew Nelson)

Nationalgeographic.co.id—“Cara terbaik untuk mengetahui tentang kehidupan di masa lalu adalah dengan mempelajari mumi, kerangka, dan artefak penguburan,” ungkap Andrew Nelson dari Western University Canada. Menurutnya, bekerja dengan mumi memberikan informasi seperti apa individu ini sebagai pribadi. Termasuk Firaun Tutankhamun yang mengguncang dunia lewat penemuan makamnya. Dengan bioarkeologi, wajah Firaun Tutankhamun pun direkonstruksi oleh Nelson. Seperti apa rupa wajah Firaun yang meninggal di usia muda itu?

Andrew Nelson mempelajari bioarkeologi yang memungkinkannya untuk memahami bagaimana orang hidup ribuan tahun yang lalu. Ia berkeliling dunia untuk menyelidiki mumi kuno dan petualangan terbarunya adalah mumi Tutankhamun yang tersohor itu.

“Saya telah bekerja dengan banyak mumi, di Peru, Mesir, dan di tempat lain. Setiap mumi memiliki kisah tersendiri. Masing-masing adalah orang yang pantas kami hormati dan kisah mereka harus diteruskan kepada dunia. Termasuk Firaun Tutankhamun yang terkenal itu,” kata Nelson.

Rekonstruksi wajah Tutankhamun

Atas rekomendasi dari Sahar Saleem, profesor radiologi di Fakultas Kedokteran Kasr AlAiny Universitas Kairo, Nelson ditugaskan untuk berpartisipasi dalam rekonstruksi wajah baru Firaun Tutankhamun.

Prosesnya menggunakan pemindaian computed tomography (CT) dan perangkat lunak bioimaging 3D Dragonfly, untuk membuat model virtual tengkorak sang firaun.

“Saya memiliki banyak pemindaian mumi Mesir lainnya. Namun sangat sulit untuk mendapatkan pemindaian seorang firaun. Jadi bekerja dengan Firaun Tutankhamun kali ini adalah pengalaman terbaik,” kata Nelson. Melalui keterlibatan Saleem, Nelson bisa mendapatkan izin dari otoritas Mesir untuk memeriksa data-data yang ia perlukan dalam rekonstrusi wajah.

Kesulitan dalam pembedahan virtual

Sebelum mumifikasi Firaun Tutankhamun selesai pada 1323 Sebelum Masehi, resin dituangkan ke dalam rongga tengkoraknya yang kosong. Kemudian, pipinya diisi dengan potongan linen berlapis resin. Teknik ini digunakan untuk memberi bentuk pada wajahnya setelah mengering selama proses mumifikasi. Namun, semua itu membuat pembedahan virtual Nelson menjadi sangat sulit.

“Mereka memasang bungkus di bawah pipi dan di mulut untuk mencoba dan mempertahankan bentuk wajahnya. Tapi itu masih bukan wajah aslinya. Tidak ada jaringan otot jadi itu semacam versi wajah aslinya yang menyusut,” kata Nelson.  

Setelah rekonstruksi digital tengkorak selesai, Nelson bekerja dengan Objex Unlimited Toronto untuk menghasilkan cetakan 3D tengkorak. Kemudian, bekerja sama dengan Sackville, seniman NB Christian Corbet yang pertama kali membuat representasi forensik dari patung Raja Tutankhamun tanpa telinga dan tanpa ekspresi.

Sentuhan terakhir, yang belum pernah menjadi bagian dari rekonstruksi wajah Tutankhamun sebelumnya, adalah penyertaan khepresh di atas kepalanya. (Christian Corbet)