Rahasia Panjang Umur Orang Yunani Kuno, Ternyata Akibat Minum Anggur

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 1 Desember 2022 | 09:00 WIB
Hidup sampai usia tua Yunani kuno tergantung pada diet serta faktor lainnya, termasuk minum anggur. (Hoika Mikhail)

Nationalgeographic.co.id—Usia tua adalah bagian dari konstruksi budaya, seperti masa kanak-kanak atau seksualitas. Harapan hidup pada zaman dahulu berbeda dengan sekarang. Ada banyak orang Yunani kuno yang tetap energik dan produktif di usia tua. Daftarnya cukup mengesankan dan banyak dari mereka mencapai kehebatan di tahun-tahun berikutnya. Fakta bahwa orang-orang ini berumur panjang memberi wawasan tentang usia tua di Yunani.

Epimenides of Crete adalah seorang peramal dan nabi terkenal, yang konon hidup selama 157 tahun. Jika usia dianggap sebagai kriteria utama, Epimenides berada di daftar teratas. Orang Yunani populer lainnya yang hidup selama lebih dari seratus tahun adalah ahli retorika Gorgias, yang hidup sampai 108 tahun.

Ada juga penyair besar tragis Sophocles, yang menulis lakon terakhirnya, berjudul Oedipus di Colonus, sebuah lakon yang kebetulan sangat banyak tentang usia tua, ketika dia berusia 90 tahun. Plato menyelesaikan The Laws tak lama sebelum kematiannya pada usia 81 tahun.

Ahli retorika Isocrates menulis salah satu risalahnya yang paling mengesankan, The Panathenaicus setahun sebelum dia meninggal pada usia 98 tahun. Bahkan pembuat hukum Athena Solon dikatakan telah mencapai 100 tahun.

Umur Panjang Dianggap sebagai Tanda Kecerdasan di Yunani Kuno

Orang Yunani kuno percaya bahwa tidak ada yang memalukan menjadi tua. Faktanya, umur panjang dipandang sebagai tanda kebijaksanaan dan kecerdasan luar biasa, dan mereka sangat bangga dengan usia mereka. Salah satu alasan utamanya adalah jumlah lansia yang lebih sedikit di Yunani kuno. Menjadi tua seperti menjadi bagian dari klub yang sangat eksklusif.

Jika seseorang menyusuri jalan-jalan di kota-kota kuno Yunani, Roma, Mesir, atau tempat lain mana pun, orang akan melihat sangat sedikit orang lanjut usia dibandingkan dengan hari ini. Lebih tepatnya, akan ada jauh lebih sedikit orang lanjut usia, karena orang menua dan terlihat lebih tua jauh lebih cepat di zaman kuno, seperti yang terjadi saat ini di negara-negara di mana orang menjalani kehidupan yang jauh lebih sulit daripada di Barat.

Di AS dan Inggris, lebih dari 15 persen populasi saat ini berusia di atas 65 tahun, dan angka itu akan meningkat. Di Jepang, sudah mencapai 25 persen dan pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat menjadi 30 persen. Harapan hidup saat ini adalah sekitar 80 tahun untuk wanita dan 75 tahun untuk pria di beberapa negara. Di zaman kuno dan Abad Pertengahan, persentase orang yang bertahan hidup hingga usia lima puluhan jauh lebih kecil, apalagi usia enam puluhan, tujuh puluhan, atau delapan puluhan daripada yang mereka lakukan saat ini.

Studi Tentang Harapan Hidup

Salah satu alasan utama mengapa lebih banyak orang yang bertahan hidup hingga usia tua adalah karena risiko kematian pada masa bayi dan remaja awal lebih kecil. Terlihat bahwa masa kanak-kanak dan remaja awal memakan banyak korban pada semua populasi pra-industri, termasuk Yunani kuno. Dua peneliti, Coale dan Demeny, menyelidiki masyarakat pra-industri modern dan menciptakan model harapan hidup. Menurut model mereka, mereka yang mencapai usia 10 tahun memiliki peluang bagus untuk hidup 37,5 tahun lagi, sedangkan mereka yang mencapai usia 60 tahun dapat berharap 10,4 tahun lagi. Masalah yang melekat dalam studi usia tua di zaman kuno adalah bahwa orang Yunani jarang mencatat usia seseorang saat meninggal di batu nisan mereka.

Minum Anggur, Rahasia Bertahan Sampai Tua di Zaman Kuno

Moses Finley, salah satu sejarawan kuno terhebat abad lalu, percaya bahwa rahasia umur panjang terutama berasal dari jenis anggur yang diminum seseorang. Dia mencatat bahwa orang Romawi menggunakan pengawet dalam anggur mereka yang menyerupai sirup yang dikenal sebagai sapa. Mereka menyiapkannya dengan merebus jus anggur segar yang berisi biji dan batang anggur di atas api dalam wadah timah. Akibatnya, mereka secara sistematis meracuni diri sendiri. Praktek ini juga, kebetulan, akan menyebabkan penurunan kesuburan mereka.