Nationalgeographic.co.id—Gereja Kristen modern tidak menyetujui prostitusi dan tidak akan pernah mempertimbangkan untuk terlibat dengannya. Namun, di Inggris abad ke-12, sebuah wilayah di London yang dikenal sebagai Southwark memiliki 18 rumah bordil berlisensi dengan sekitar seribu pelacur dipekerjakan di dalamnya.
Semua rumah bordil ini dijalankan oleh gereja dan menghasilkan uang dalam jumlah besar untuk membangun gereja serta tugas gerejawi lainnya. Rumah bordil berada di Bankside, sebuah area di Southwark, dan rumah bordil itu sendiri disebut Bankside stews. Ada dua teori tentang bagaimana rumah bordil memiliki nama ini. Pertama, kolam di tanah Uskup memelihara ikan untuk dimakan uskup dan disebut "kolam rebusan". Hal ini menyebabkan ungkapan 'mengunjungi semur' menjadi sarat dengan sindiran.
Teori lainnya adalah bahwa nama tersebut berasal dari kata Perancis Norman Estuwes yang berarti kompor. Ini mengacu pada kompor yang digunakan di pemandian untuk menghasilkan uap. Penjaga rumah bordil kemudian dikenal sebagai 'petugas pramusaji' dan para wanita yang bekerja di sana dikenal sebagai 'Angsa Winchester' yang dinamai sesuai nama Uskup Windsor yang memimpin wilayah tersebut.
Prostitusi Jadi Pendapatan Gereja
Selama pendudukan Romawi di tempat yang sekarang menjadi Inggris, Southwark adalah bagian penting dari kota Romawi Londinium. Ini juga merupakan situs rumah bordil pertama yang diketahui di tempat yang kemudian menjadi Inggris. Setelah orang Romawi pergi pada abad ke-5, banyak gereja dibangun di daerah tersebut sehingga menjadi tempat yang aman bagi pelacur, penjahat, dan penderita kusta. Southwark cukup jauh dari London sehingga tidak terlihat tetapi tidak dapat diakses.
Secara resmi, gereja tidak bisa membenarkan prostitusi. Namun, tidak ada aturan yang melarang mereka mengambil untung darinya. Penting untuk dipahami bahwa uskup di Inggris abad pertengahan bukan hanya gerejawan, tetapi juga politisi dan negarawan. Oleh karena itu, prostitusi dipandang sebagai kejahatan yang diperlukan untuk memperoleh pendapatan bagi gereja.
Wabah Penyakit Menular Seksual
Berbeda dengan zaman Romawi, pelacur bukan lagi budak seks. Batasan ditempatkan pada seberapa banyak mereka dapat meminjam dari majikan mereka untuk mencegah mereka menjadi terlalu berutang yang mengarah ke perbudakan. Demikian pula, rumah bordil bukan lagi penjara melainkan rumah kos yang kamar-kamarnya disewakan kepada pelacur tanpa penginapan. Seperti bisnis sah lainnya, rumah bordil ditutup pada hari-hari suci untuk mendorong para wanita menghadiri kebaktian. Mereka yang bekerja di rumah bordil ditolak penguburan Kristen tetapi masih bisa menerima Komuni Kudus.
Pemeriksaan dilakukan secara teratur untuk mengurangi penyebaran PMS dan infeksi sampai batas tertentu. Gonore merajalela; mereka yang ditemukan terinfeksi didenda kemudian dipecat. Gejala diobati dengan mencuci dengan anggur putih, urin hewan, atau campuran cuka dan air. Banyak kasus gonore tidak menunjukkan gejala pada wanita, sehingga tidak mungkin untuk menghilangkan semua pihak yang terinfeksi, dan beberapa infeksi mencapai proporsi epidemi, seperti epidemi gonore tahun 1160.
Baca Juga: Alasan Mengapa Prostitusi Jadi Hal Lumrah di Abad Pertengahan
Baca Juga: Selidik Praktik Kuno Prostitusi Suci, Bagaimana Ketentuannya?