Masalah di Balik Orang Indonesia Ambil Sirip Hiu di Perairan Australia

By Utomo Priyambodo, Jumat, 16 Desember 2022 | 09:00 WIB
Seorang nelayan di Rawa Pening, Semarang, melemparkan jala bak balerina yang sedang menari. (Alex Pangestu)

Nationalgeographic.co.id—Akhir November lalu, empat nelayan Indonesia divonis bersalah karena mengambil sirip hiu dan memburu ikan di perairan Australia. Keempat pria itu terlihat di pulau terpencil Niiwalarra/Sir Graham Moore di wilayah Kimberley Australia Barat, lebih dari 150 mil laut di dalam zona ekonomi eksklusif Australia.

Pengadilan mendenda mereka hingga 6.000 dolar Australia atau sekitar Rp64 juta, jumlah yang sangat besar bagi orang-orang ini. Akankah hukuman ini kemungkinan akan menghentikan pembunuhan hiu?

"Hampir tidak," kata Anthony Schuyler Marinac, Dosen di College of Business, Law and Governance, James Cook University. "Kenyataannya adalah, mereka tidak memiliki kapasitas untuk membayar jumlah tersebut."

"Sebaliknya, mereka kemungkinan akan menjalani hukuman penjara selama kurang lebih satu bulan dan kembali ke Indonesia. Di sana, mereka akan menghadapi masalah yang sama saat membawa mereka ke perairan Australia —kemiskinan," tulis Marinac dalam sebuah artikel di The Conversation.

Para nelayan Indonesia yang putus asa itu berangkat melintasi Laut Arafura dalam jumlah rekor, dengan 46 kapal penangkap ikan yang terdeteksi sejak Juni tahun ini. Banyak yang mempertaruhkan nyawa mereka dan beberapa telah kalah. Pihak berwenang telah menemukan kamp penangkapan ikan ilegal di Pulau Niiwalarra, di samping bangkai hiu yang siripnya diambil.

Sirip hiu dicari terutama di pasar Tiongkok untuk digunakan dalam sup status tinggi dan obat tradisional. Permintaan sirip hiu telah menyebabkan pembantaian besar-besaran ikan predator ini, padahal satwa ini berfungsi penting dalam ekosistem laut.

Australia tidak benar-benar suci dalam hal ini, menurut Marinac. Australia mengekspor berton-ton sirip hiu setiap tahunnya. "Kita harus menemukan cara yang lebih baik untuk melindungi hiu di perairan kita —salah satu populasi sehat terakhir di planet ini" tegasnya.

Kemiskinan, Akar Masalah di Indonesia

Meski ekonomi Indonesia tumbuh dengan kuat, ada kesenjangan besar antara kaya dan miskin. Masyarakata pesisir di sekitar ribuan pulaunya banyak menangkap ikan, dan para nelayan Indonesia menangkap tujuh juta ton per tahun, nomor dua setelah Tiongkok.

Penangkapan ikan besar-besaran membuat banyak stok ikan sekarang rendah, dan ketegangan meningkat antara pukat yang lebih besar dan nelayan skala kecil dari desa. Jika Anda berasal dari desa miskin dan tidak ada yang tersisa untuk ditangkap secara lokal, ke mana Anda pergi?

Baca Juga: 300 Nelayan Global Tewas per Hari, Bagaimana Nasib Nelayan Indonesia?

Baca Juga: Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia Ditemukan Nelayan di Sungai Mekong

Baca Juga: Dua Pertiga Spesies di Perdagangan Sirip Hiu Global Terancam Punah

Anda dapat mengagumi keberanian para nelayan yang berangkat dengan kapal yang sangat kecil dan hampir tidak layak dengan peralatan memancing yang belum sempurna untuk menyeberangi Arafura untuk memburu ikan. Namun kenyataannya, itu adalah campuran dari keberanian dan keputusasaan yang didorong oleh kemiskinan. Sebuah laporan tahun 2018 menemukan pendapatan bulanan nelayan Indonesia kira-kira 50 dolar Australia atau hanya sekitar Rp500 ribu per bulan, jauh di bawah upah minimum di wilayah pesisir.

Anda dapat membuat pilihan yang tersedia. Teruslah hidup dalam kemiskinan—atau coba tangkap hiu, mengetahui sirip bisa dijual dengan harga sebesar gaji sebulan.

Tidak semua sirip hiu sama. Yang paling berharga adalah sirip dari hiu kepala martil yang terancam punah. Hiu ini memiliki sirip dengan jumlah benang yang tinggi, artinya sangat berserat. Membunuh hiu-hiu ini untuk diambil siripnya hampir memusnahkan populasi di beberapa bagian wilayah mereka, tapi jumlahnya masih relatif melimpah di perairan Australia.

Bagaimana tanggapan Australia?

Angkatan Pertahanan Australia hampir selalu hadir mengawasi para nelayan melalui Operasi Tegas dan membantu upaya penegakan hukum yang dijalankan oleh otoritas pengelolaan perikanan Australia.

Penegakan berkisar dari "mendidik" para nelayan yang ditemukan di dalam perairan Australia dan mengirim mereka dalam perjalanan untuk menyita peralatan dan menangkap hingga tuntutan pidana. Australia dan Indonesia secara teratur berbicara tentang penangkapan ikan ilegal. Dan Australia telah menandatangani upaya perlindungan hiu secara internasional.

Meskipun demikian, masalahnya lebih buruk dari sebelumnya. Dekade terakhir, rata-rata 20 kapal penangkap ikan asing dicegat setiap tahunnya. Tahun finansial lalu, jumlahnya melonjak hingga 337 kapal. Hiu bukan satu-satunya kartu undian, para nelayan juga mengambil ikan bersirip dan teripang.

Apa penyebab kelonjakan ini? Pandemi. Indonesia terpukul keras, dengan pariwisata mengering dan banyak orang kehilangan pendapatan. Tapi yang lainnya adalah hiu menghilang dari jangkauan biasanya. Untuk menemukannya, Anda harus pergi lebih jauh.

Mengapa hiu masih dibunuh untuk diambil siripnya?

Makan sirip hiu tidak baik untuk siapa pun. Tidak ada manfaat kesehatan yang dapat diidentifikasi. Tidak ada rasa yang tidak bisa Anda dapatkan dari memakan tulang rawan dari hewan ternak. Dan saat Anda memakan siripnya, Anda kemungkinan besar akan mendapatkan dosis merkuri yang berbahaya, yang menumpuk di rantai makanan.

Pada tahun 2011, Tiongkok meluncurkan kampanye untuk membuat sup sirip hiu tidak populer, sehingga permintaan turun hingga 80%. Namun permintaan masih tinggi di Hong Kong, Makau, dan Taiwan, dan meningkat pesat di tempat-tempat seperti Vietnam dan Thailand. Jadi, perlu kampanye yang lebih luas seperti ini.

Menurut Marinac, Australia harus membantu Indonesia menemukan cara yang lebih berkelanjutan untuk memelihara perikanannya sendiri, dan mengatasi kemiskinan masyarakat pesisir.

"Memenjarakan dan mendenda nelayan adalah solusi spontan. Selama sup sirip hiu ada di menu dan selama kita memiliki hiu yang berharga, akan ada nelayan yang putus asa datang ke perairan Australia untuk memburu mereka," tegasnya.