Batuan Gunung Padang: Berkat Vulkanik Gunung Purba dan Sesar Cimandiri

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 24 Desember 2022 | 07:00 WIB
Situs megalitik Gunung Padang di Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Gunung api purba yang membentuk kisah proses batuannya. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id - Gunung Padang, sebuah situs arkeologis fenomenal di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menyimpan banyak misteri. Nicolaas Johannes Krom (1883-1945), arkeolog dan ahli sejarah Hindia Belanda menemukan situs ini pada 1914, dan melaporkannya dalam Rapporten Oudheidkundige Dienst.

Sejak 1970-an, warga sekitar menemukan banyak temuan-temuan yang menarik di situs ini. Pada akhirnya, banyak orang bertanya-tanya, siapakah yang membuat situs ini dan apakah peradabannya sangat maju? Pertanyaan tentang Gunung Padang masih belum bisa dipecahkan tuntas. Namun yang jelas, Gunung Padang adalah situs purbakala peninggalan masa Megalitikum. Kemungkinan besar, situs itu adalah sebuah bangunan piramida.

Yang menarik dari Gunung Padang adalah kawasannya di mana ia berdiri. Ada banyak kandungan geologis yang memberikan pemahaman, dari mana asal-usul batuan yang dipakai peradaban kuno masanya. Bagian utara dan selatan dari situs ini terdiri dari pegunungan, dan salah satu di antaranya pernah menjadi gunung berapi.

Tahun 2015, dua peneliti dari Pusat Survei Geologi Kementerian ESDM dan Teknik Geologi Universitas Trisakti, Jakarta, mengkaji kawasan Gunung Padang. Gunung Padang sebenarnya berada di lokasi gunung api purba Karyamukti yang pernah erupsi di masa lampau. 

Sisa letusan itu bisa ditemukan di sekitar situs, dan dijadikan sebagai pembangunan punden berundak oleh peradaban kuno. Penelitian mereka dipublikasikan di Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral berjudul "Geologi Gunung Padang dan Sekitarnya, Kabupaten Cianjur-Jawa Barat".

"Di dalam peta geologi lembar Cianjur, Sujatmiko (penelitian lain) mengelompokkan batuan gunung api di daerah Gunung Padang dan sekitarnya dengan nama breksi tufan, lava, batu pasir, konglomerat, berkomposisi basal—andesit dan berumur Pliosen," tulis Sutikno Bronto dan Billy S. Langi. Pliosen sendiri, menurut kalender geologi, adalah periode yang berlangsung sekitar 5,5 juta sampai sekitar 2 juta tahun yang lalu. 

Lanskap Gunung Padang yang memesona. (Asian Geographic Magazines)

"Sementara itu struktur geologi yang sangat menonjol di kawasan Gunung Padang ini adalah sesar aktif Cimandiri," lanjut mereka.

Sutikno dan Billy meneliti kawasan Gunung Padang dengan citra Synthetics Radar Topography Mission (SRTM). Mereka mendapati bahwa Gunung padang membentuk zona lurus bersama Gunung api Gede-Pangrango, Gunung Kancana, Pasir Pogor, dan Gunung api purba Cikondang.

"Struktur ini memotong zona sesar Cimandiri yang berarah barat, baratdaya—timurlaut," terang mereka. "Kemunculan deretan Gunung api Gede-Pangrango-Gunung api purba Cikondang (...), itu diyakini melalui zona lemah (rekahan/sesar) bawah permukaan. Kondisi ini menyiratkan bahwa kawasan Gunung api Kancana, Padang, dan Cikondang, rawan terjadi gempa bumi."

Pencitraan jenis batuan di sekitar Gunung Padang. Secara kontur, terbukti bahwa Situs Gunung Padang berada di lokasi gunung api purba yang melingkupinya. Selain itu, situs ini berdekatan dengan garis sesar Cimandiri dari Cianjur ke Bogor. (Langi (2012))

Kedua peneliti pun memantau pemetaan geologi batuan Gunung Padang dan sekitarnya. Sutikno dan Billy menjelaskan, ada enam satuan batuan di sana. Salah satu di antaranya adalah satuan batuan intrusi (batuan beku yang telah menjadi kristal dari sebuah magma yang meleleh di bawah permukaan Bumi) andesit di puncak Gunung Padang.