Cerita Kuliner Sehat dan Cegah Plastik di Pasar Mbaganan Lasem

By National Geographic Indonesia, Minggu, 25 Desember 2022 | 15:06 WIB
Pasar Mbaganan yang digelar dengan semangat keberlanjutan, baik bagi warga maupun lingkungannya. (Kesengsem Lasem)

  

Oleh RA. Yunita Suci Rahayu

      

National Geographic Indonesia - Pasar Mbaganan merupakan suatu program yang membantu Ibu-Ibu Desa Babagan untuk meningkatkan perekonomian keluarga dengan mengangkat budaya kuliner tradisional dengan berprinsip menjaga alam dan melestarikan lingkungan. Pasar Mbaganan diadakan di Gang V Desa Babagan, Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. Untuk pertama kalinya pasar Mbaganan diadakan pada hari Sabtu, 24 Desember 2022 mulai pukul 15.00 hingga 19.00 wib. Pasar Mbaganan kali ini bertema "Resik Bumi Segar Bugar", mencerminkan konsep kegiatan ramah lingkungan sekaligus menyajikan makanan sehat untuk warga Babagan dan publik yang datang.

Untuk memasuki lokasi kegiatan, pengunjung harus membawa atau mengumpulkan botol plastik bekas sebagai tiket masuk. Sampah botol plastik yang terkumpul akan dijual untuk mendanai kegaitan Pasar Mbaganan berikutnya dan menyediakan fasiltas pendukung kawasan seperti tempat sampah, pemasangan lampu penerangan lingkungan, dan lainnya. Dengan demikian setiap pengunjung telah turut berkontribusi pada keberlanjutan kegiatan tersebut.

Botol plastik bekas sebagai tiket masuk pasar bertujuan untuk melatih masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan, dapat membedakan jenis-jenis sampah serta dapat menambah nilai dari hasil jual plastik sebagai modal dagang penjual di Pasar Mbaganan. Dengan tema “Resik Bumi Segar Bugar” tersebut akan menjadikan sebuah ciri khas dari pasar Mbaganan yang diharapkan berkelanjutn untuk merespon krisis alam, pemanasan global dan menyelesaikan sampah rumah tangga secara bertahap.

Pengunjung ramai mendatangi meja-meja kuliner Pasar Mbaganan. (MTR Eriz)

“Sampah plastik di sekitar kita banyak. Itu masalah nyata, belum lagi sampah yang ada di Sungai Babagan, sungai kita, itu juga masalah. Dengan kegiatan ini setidaknya kita punya forum warga untuk bergiat mengumpulkan sampah plastik yang bisa didaur ulang bahkan punya nilai ekonomi,” ujar Agik dari Pokdarwis Sarwoendah Desa Babagan.

“Kegiatan kita sederhana saja, tidak ada seremonial. Yang penting warga bergiat, berkumpul, berkomunikasi, guyub. Perangkat Desa juga mbantu banyak. Kita tidak menutup jalan juga, jadi ya jalan tempat penyelenggaraan acara tetap bisa dilalui warga yang melintas. Sekalian promosi malah. Apalagi ini kita merespon kawasan heritage yang akan menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional. Semoga segera ditetapkan oleh Kemendikbudristek,” jelas Agik.

Lebih lanjut Agik menyampaikan bahwa target pengunjungan utamanya adalah warga. "Kalau ada wistawan atau tamu luar kota yang datang, itu bonus. Dengan kegiatan ini yang penting semua warga Babagan senang, paham konsep kegiatannya, dan ikut njaga lingkungan. Seperti Sapta Pesona, kan ada aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, kenangan. Kita mau sadar wisata dengan edukasi melalui kegiatan menyenangkan. Juga edukasi pengunjung dari luar, jangan sampai merusak kawasan heritage,"tegasnya. 

Sedangkan penjual harus menjualkan berbagai macam menu kuliner tradisional tanpa pengawet, tanpa penyedap rasa dan rendah kalori dengan pembungkus ramah lingkungan menghindari penggunaan plastik sekali pakai. Penggunaan pembungkus daun atau tidak menggunakan plastik bertujuan untuk mengurangi sampah plastik yang sulit hancur alami serta lebih memanfaatkan dedaunan sumber daya alam yang ada di sekitar rumah warga yang relatif mudah didapat.

Spanduk edukasi tentang sampah dibuat dari kain sebagai bentuk dukungan pada bahan publikasi ramah lingkungan. (MTR Eriz)

Mardiyono, Kepala Desa Babagan berpendapat bahwa dengan diadakannya Pasar Mbaganan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat mikro, selain itu juga makanan yang dijual merupakan makanan sehat. “Maksudnya warga masyarakat Desa Mbabagan dalam mengolah makanannya harus menggunakan bahan-bahan alami, tanpa pengawet sehingga dapat dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Kedepannya, diharapkan kegiatan dapat terus berkelanjutan tidak hanya berhenti sampai sini saja,” ujar Mardiyono.