Raja Agesilaus dari Sparta Bertempur hingga Usia Delapan Puluh Tahun

By Galih Pranata, Selasa, 27 Desember 2022 | 07:00 WIB
Agesilaus II, tengah, melayani Firaun Nectanebis, 361 SM. (Hutchinson’s History of the Nations)

Nationalgeographic.co.id—Raja Agesilaus II adalah seorang pejuang pemberani, tetapi dia payah dalam diplomasi. Ketika dia naik takhta pada tahun 400 SM, Sparta berada di puncak kekuasaannya setelah memenangkan Perang Peloponnesia.

"Kemenangan itu membuat Sparta mendominasi Yunani Kuno," tulis Khalid Elhassan kepada History Collection dalam artikel berjudul These Elderly People Peaked During their Twilight Years and Changed History yang terbit pada 30 November 2022.

Agesilaus II lahir dalam keluarga Eurypontid, salah satu dari dua garis keturunan kerajaan Sparta, sekitar tahun 442 SM. Ia adalah putra kedua Raja Archidamus II ( memerintah 477 – 426 SM), dan adik dari Raja Agis II ( memerintah 426 – 400 SM).

Dilahirkan dari keluarga dan bangsa pejuang, sekalipun bergelar raja, ia menghabiskan hidupnya sebagai prajurit tempur yang gagah dan pemberani.

Agesilaus adalah salah satu raja terlama dalam sejarah Sparta, dan berkat persahabatannya dengan sejarawan Xenophon, pemerintahannya termasuk yang terdokumentasi lebih baik dari zaman kuno.

Dia memimpin kekuatan militer kerajaannya selama sebagian besar periode supremasi Sparta di Yunani Kuno sejak tahun 404 SM hingga 370 SM. "Dia adalah ahli taktik yang hebat, dan mewujudkan semangat agresif Sparta," imbuhnya.

Ternyata terlalu agresif: keterampilan militernya diimbangi oleh kekurangan diplomatik yang pada akhirnya terbukti berbahaya bagi keamanan Sparta. Agesilaus tidak dapat digambarkan sebagai seorang raja besar.

"Memang, Sparta, yang pernah menjadi kekuatan dominan di dunia Yunani kuno, mengalami penurunan drastis dalam pengawasannya," terusnya. Agesilaus tidak boleh dimahkotai karena dia terlahir lumpuh, dan ada ramalan Spartan kuno yang memperingatkan raja yang lumpuh.

Para pendukung Agesilaus membelokkan argumen bahwa ramalan itu tidak dimaksudkan secara harfiah, tetapi secara kiasan. Raja yang "lumpuh", seperti yang mereka katakan, adalah bajingan, bukan yang lumpuh secara fisik.

"Itu adalah argumen yang cukup bagus untuk sebagian besar orang Sparta, yang menobatkan Agesilaus sebagai raja," lanjut Khalid dalam tulisannya.

Selama beberapa dekade, dia melakukan serangkaian perang melawan negara-negara saingan Yunani, dan meskipun dia memenangkan banyak pertempuran, dia gagal menahan kebangkitan Thebes.

Caesarion dipercaya sebagai putra Julius Caesar dan Cleopatra. Apakah ia bisa dikatakan sebagai firaun terakhir Mesir kuno? (Franklin Institute, Philadelphia)