Menyingkap Peradaban Lembah Sungai Sindhu Paling Kuno di Bumi

By Galih Pranata, Rabu, 4 Januari 2023 | 10:00 WIB
Kota kuno Mohenjo Daro, Sindh, di Pakistan. (Lutfi Fauziah)

Nationalgeographic.co.id—Tidak banyak diketahui peradaban mana saja yang sudah berdiri jauh sebelum masehi. Namun, lembah Sungai Indus atau Sindhu telah memiliki satu peradaban besar yang cukup tua.

Sungai Sindhu telah banyak berjasa untuk mengairi salah satu peradaban besar di dua kota Pakistan yang telah hilang termakan zaman, Mohenjo Daro dan Harappa. Tamim Ansary menulisnya dalam buku berjudul The Invention of Yesterday (2019) secara menarik.

Dunia Barat mungkin banyak yang tidak menyadari betapa luar biasanya peradaban yang dibangun oleh orang-orang kuno di Mohenjo Daro dan Harappa. Puncaknya, riset abad ke-20 menunjukkan segenap kebasaran yang ditempuh.

"Orang Britania bahkan menggunakan batu bata yang dibuat peradaban kuno itu (Harappa dan Mohenjo Daro) untuk membangun rel kereta di sana pada abad ke-19, tanpa pernah menyadari betapa tua batu bata itu," tambahnya.

Saking kunonya, masa kejayaan dua kota Mohenjo Daro dan Harappa telah dicapai seiringan di mana peradaban paling kuno di Mesir sedang memulai pembangunan piramida-piramida raksasa.

Faktanya, bahwa Sungai Sindhu menjadi penopang peradaban besar ini. Segala aktivitas bergantung pada air sungainya. Dahulu, sungai ini hanya berupa anak sungai. Namun, seiring berjalannya waktu, luas sungai bertambah.

Seluruh negeri dialiri oleh sungai Sindhu, hingga air bersih sangat mudah didapatkan. Salah satu yang digiatkan dari pengairan ini adalah pertanian yang maju. Tak mengherankan, Sindhu telah membantu kesubuhan tanah di kota-kota tersebut. 

Seperti halnya orang-orang Harappa, mereka terbiasa untuk memproduksi banyak kerajinan dan karya seni. Sumber bahan kerajinan sangat mudah didapatkan karena ditunjang dengan pertanian mereka yang gemilang.

Peradaban Indus atau sungai Sindhu diidentifikasi pertama kali di Harappa. (Zika Zakiya)

Sindhu benar-benar membuat kemajuan yang pesat bagi kedua kota kuno di Pakistan. Mereka mampu membuat tata kota mereka layaknya kota modern. Air bersih cuma-cuma dimanfaatkan mereka untuk irigasi hingga membangun pemandian.

Kota ini tidak memiliki istana, kuil, atau monumen yang mencolok. Tidak ada pusat pemerintahan yang jelas atau bukti adanya raja atau ratu. Tembikar dan perkakas dari tembaga dan batu dibakukan.

Kekayaan dan perawakan kota ini terlihat jelas dalam artefak seperti gading, lapis, akik, dan manik-manik emas, serta struktur kota bata panggang itu sendiri.