Dunia Hewan: Miris, Banyak Mamalia Unik di Madagaskar Terancam Punah

By Wawan Setiawan, Sabtu, 14 Januari 2023 | 07:00 WIB
Lemur tikus coklat, salah satu primata terkecil di dunia hewan, hanya ditemukan di Madagaskar. Mereka salah satu dari 104 spesies lemur yang saat ini terancam punah. Sebanyak 17 spesies lemur telah punah sejak manusia tiba di Madagaskar. (Chien C. Lee)

Nationalgeographic.co.id - Dalam banyak hal, Madagaskar adalah impian ahli biologi dan pakar dunia hewan, eksperimen kehidupan nyata tentang bagaimana isolasi di sebuah pulau dapat memicu evolusi. Sekitar 90% tanaman dan hewan tidak ditemukan di tempat lain di Bumi. Namun tumbuhan dan hewan ini berada dalam masalah besar, akibat hilangnya habitat, perburuan berlebihan, dan perubahan iklim.

Dari 219 spesies mamalia yang diketahui di pulau itu, termasuk 109 spesies lemur, lebih dari 120 terancam punah.

Sebuah studi baru telah diterbitkan di jurnal Nature Communications pada 10 Januari dengan judul makalah “The macroevolutionary impact of recent and imminent mammal extinctions on Madagascar.”

Studi tersebut meneliti berapa lama waktu yang dibutuhkan spesies mamalia modern Madagaskar yang unik untuk muncul. Studi juga memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi satu set spesies mamalia baru yang sama rumitnya untuk berevolusi di tempat mereka. Jika suatu waktu mereka yang sudah terancam punah, menjadi benar-benar punah. Menurut studi tersebut waktu yang dibutuhkan adalah 23 juta tahun, jauh lebih lama daripada yang ditemukan para ilmuwan di pulau lain mana pun.

Tenrec Bergaris Dataran Rendah (Hemicentetes semispinosus). Ini adalah spesies tenrec, kelompok mamalia di dunia hewan yang beragam dan unik yang hanya ditemukan di Madagaskar. (Chien C. Lee)

Artinya, secara sederhana, ini adalah berita yang sangat buruk. "Sangat jelas bahwa ada seluruh garis keturunan mamalia unik yang hanya ada di Madagaskar yang telah punah atau berada di ambang kepunahan. Jika tindakan tidak segera diambil, Madagaskar akan kehilangan 23 juta tahun sejarah evolusioner mamalia, yang berarti seluruh garis keturunan yang unik di muka Bumi tidak akan pernah ada lagi," kata Steve Goodman, Ahli Biologi Lapangan MacArthur di Museum Lapangan Chicago dan Pejabat Ilmiah di Asosiasi Vahatra di Antananarivo, Madagaskar. Ia juga salah satu penulis makalah.

Madagaskar adalah pulau terbesar kelima di dunia, seukuran Prancis, tetapi "dalam hal semua ekosistem berbeda yang ada di Madagaskar, itu tidak seperti pulau dan lebih seperti benua mini," kata Goodman.

Baca Juga: Dunia Hewan: Dua Puluh Spesies Baru Katak Ditemukan di Madagaskar

Baca Juga: Mengapa di Bumi Ini Tak Ada Hewan Raksasa Lagi Seperti Dulu?

Baca Juga: Akibat Migrasi Manusia ke Madagaskar, Sebagian Spesies Unik Hilang

Dalam 150 juta tahun sejak Madagaskar berpisah dari daratan Afrika dan 80 juta tahun sejak berpisah dengan India, tumbuhan dan hewan di sana telah menempuh jalur evolusinya sendiri, terputus dari bagian dunia lainnya. Kumpulan gen yang lebih kecil ini, ditambah dengan kekayaan berbagai tipe habitat Madagaskar, dari hutan hujan pegunungan hingga gurun dataran rendah, memungkinkan mamalia di sana terpecah menjadi spesies yang berbeda jauh lebih cepat daripada kerabat benua mereka.

Akan tetapi keanekaragaman hayati yang luar biasa ini harus dibayar mahal: evolusi terjadi lebih cepat di pulau-pulau, begitu pula dengan kepunahan. Populasi yang lebih kecil yang secara khusus disesuaikan dengan bidang habitat yang lebih kecil dan unik lebih rentan untuk musnah, dan begitu mereka pergi, mereka akan pergi.