Nationalgeographic.co.id—Untuk bisa dihuni, suatu planet jelas salah satunya harus yang berbatu. Selama dua dekade belakangan, astronom menemukan planet berbatu seperti Bumi di luar tata surya dan kemungkinan bisa dihuni.
Hal ini membuat para ilmuwan harus mengkaji ulang, bagaimana sebenarnya planet berbatu bisa terbentuk. Yang paling menarik, bagaimana bisa planet berbatu terbentuk, bisa mencapai ukuran besar sehingga bisa disebut "bumi-super".
“Seiring dengan berkembangnya pengamatan kami terhadap ekstrasurya selama dekade terakhir, menjadi jelas bahwa teori standar pembentukan planet perlu direvisi, dimulai dari dasar," kata Konstantin Batygin di Eurekalert. Dia adalah profesor ilmu planet di California Institute of Technology (Caltech).
Memperbarui teori penciptaan planet berbatu sangat dibutuhkan. Batygin bersama rekannya, Alessandro Morbidelli menelaah kembali teori pembentukan itu, agar bisa menjelaskan seperti apa proses dan bahan pembentuknya.
Teori harus dijelaskan dari semasa tata surya masih muda untuk membentuk planet-planetnya. Hasil penelitian mereka dipublikasikan di jurnal Nature Astronomy pada 12 Januari 2023, bertajuk "Formation of rocky super-earths from a narrow ring of planetesimals".
"Beberapa tahun yang lalu kami membuat model di mana super-Bumi terbentuk di bagian es cakram protoplanet dan bermigrasi ke tepi bagian dalam cakram, dekat bintang," kata Morbidelli yang merupakan peneliti di Laboratoire Lagrange, Université Cote d’Azur, Prancis.
“Model tersebut dapat menjelaskan massa dan orbit Bumi-super, tetapi memperkirakan bahwa semuanya kaya akan air. Pengamatan terbaru, bagaimanapun, telah menunjukkan bahwa sebagian besar Bumi-super berbatu, seperti Bumi, meskipun dikelilingi oleh atmosfer hidrogen. Itu adalah hukuman mati untuk model lama kami," lanjutnya.
Penelitian mereka menjelaskan, pada awalnya sistem planet terbentuk dari cakram gas dan debu, seperti teori pembentukan pada umumnya. Gas dan debu itu saling bergabung selama lebih dari beberapa juta tahun. Dari proses penggabungan itu, terbentuklah material padat yang menjadi bintang di pusat sistemnya. Sementara yang lain menyatu lebih kecil menjadi asteroid, komet, planet, dan satelit-satelit alami.
Sedangkan di tata surya kita, ada dua jenis planet yang berbeda. Pertama, ada planet berbatu yang lebih kecil yang paling dekat dengan Matahari seperti Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Yang kedua ada planet gas yang kaya akan air dan hidrogen yang jaraknya jauh dari Matahari, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Perbedaan dua jenis planet ini membuat Morbidelli, Batyigin, bersama timnya dalam penelitian Desember 2021 di jurnal yang sama berpendapat, pembentukan planet tata surya terjadi di dua cincin yang berbeda. Penelitian mereka bertajuk "Contemporary formation of early Solar System planetesimals at two distinct radial locations".
Cincin itu adalah cakram protoplanet, yang mana bagian dalam cenderung berbatu, yang luar bersifat es dan masif. Bagian luar pada akhirnya menjadi planet raksasa gas seperti Jupiter dan Saturnus.