Ditakuti Gajah, Pasukan Romawi Kuno Menggunakan Babi untuk Berperang

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 14 Januari 2023 | 11:00 WIB
Orang Romawi kuno terkenal karena menggunakan babi perang. Pekikaknya akan membuat gajah berlari ketakutan. (British Library)

Nationalgeographic.co.id - Sepanjang sejarah manusia, hewan telah didomestikasi secara efektif dan digunakan sebagai perpanjangan dari keinginan teritorial manusia. Anjing dan sapi menjadi elemen yang efektif di wilayah domestik. Hewan-hewan dilatih untuk membantu manusia, misalnya untuk terjun dalam medan pertempuran di zaman kuno. Gajah adalah salah satu hewan pertama yang dilatih dan dipandu oleh manusia untuk berperang. Setelah itu, beberapa jenis hewan turut bertempur dengan beragam cara yang kejam dan tidak terpikirkan. Orang Romawi kuno terkenal karena menggunakan babi perang untuk melawan gajah. Bagaimana kisahnya?

Pasukan Romawi dan babi di medan perang: sebuah manuver taktis

Tidak bisa disangkal jika gajah menjadi alat tempur yang sangat kuat dan tidak terkalahkan. Namun, mereka memiliki satu kelemahan. Terlepas dari ukuran dan kekuatannya yang besar, Plinius yang Tua mengungkapkan jika gajah sangat takut akan suara jeritan babi.

“Babi muncul dalam sumber tertulis sebagai alat pertempuran sekitar 240 Sebelum Masehi,” tulis Sahir Pandey di laman Ancient Origins. Beberapa sejarawan mengatakan bahwa legiun Romawi akan mengeksploitasi kekuatan pekikan hewan itu.

Pasukan Romawi membiarkan babi-babi itu lepas di antara gajah atau menggantungnya di dinding bangunan musuh yang mundur. Diduga, bahkan pekikan kecil pun dapat menyebabkan gajah mundur.

Hal ini didukung oleh penulis Romawi dan instruktur retorika, Aelian. Dalam tulisannya, ia mengungkapkan bahwa bangsa Romawi menggunakan strategi ini sejak tahun 275 Sebelum Masehi dalam Pertempuran Beneventum.

“Gajah memiliki teror domba jantan bertanduk dan pekikan babi. Dengan cara inilah, kata mereka, orang Romawi mengusir gajah Pyrrhus dari Epirus. Dan orang Romawi memenangkan kemenangan yang gemilang.”

Bangsa Romawi mengeksploitasi babi yang memekik sebagai tindakan balasan terhadap gajah perang Pyrrhus. Strateginya adalah berharap babi-babi itu akan berlari tak terkendali ke barisan musuh, menimbulkan kebingungan dan kekacauan.

Menurut Pseudo-Callisthenes atau A History of Alexander, Aleksander Agung pertama kali mengetahui tentang babi sebagai senjata rahasia melawan gajah dari Porus.

Seiring waktu, gajah pun dilatih untuk menahan pekikan babi, terutama setelah Perang Yustinianus. Procopius, sejarawan kuno, adalah orang yang mencatat penggunaan babi oleh tentara Bizantium atau Romawi Timur.

Baca Juga: Gajah Jadi Senjata Menakutkan dalam Perang Yunani hingga Romawi

Baca Juga: Pernah Jaya, Inilah Kedigdayaan Senjata Perang Kaum Muslim Tempo Dulu

Baca Juga: Kehebatan Kereta Perang Mesir Kuno Alias Tank Andalan Para Firaun

Khusrau I, Raja Persia, telah mengepung Edessa dan mengalahkan pasukan Romawi di sana. Pasukan Khusrau memasuki wilayah kota. “Tetapi orang Romawi,” tulis Procopius, “dengan menggantung seekor babi di menara, lolos dari bahaya. Saat babi itu tergantung di sana, dia secara alami menjerit. Hal ini membuat gajah itu kesal dan mundur sedikit demi sedikit.

Seiring waktu, pasukan musuh belajar melawan taktik ini. Gajah dilatih untuk tidak takut pada pekikan babi. Agar bisa bertempur dengan nyaman, gajah pun dirawat bersama dengan anak babi. Ini memaksa Bizantium, pewaris warisan Romawi, untuk mengubah taktik perangnya. Padahal taktik tersebut dipelajari dengan susah payah dalam banyak pertempuran dengan Abbasiyah dan Umaiyadds.

Babi Menyala dari Megara jadi senjata yang membakar

Bangsa Romawi tidak sendirian dalam menggunakan babi sebagai senjata perang. Babi pembakar, atau babi yang menyala, digunakan dalam pertempuran di Megara oleh Antigonus II Gonatas pada 266 Sebelum Masehi.

Penduduk setempat menyiram babi dengan ter yang mudah terbakar, juga minyak mentah atau resin. Mereka kemudian membakar dan menggiring babi itu ke arah gajah perang musuh.

Babi-babi malang itu mendengus dan memekik di bawah siksaan api. Mereka melompat ke depan sekuat tenaga di antara gajah-gajah. Gajah yang perkasa itu memecah barisan dalam kebingungan dan ketakutan, dan lari ke berbagai arah.

Gajah yang ketakutan juga menginjak-injak sejumlah besar prajurit mereka sendiri hingga mati mengenaskan. Peristiwa ini direkam oleh penulis militer Polyaenus dan Aelian.

Sejak saat itu, Antigonus memerintahkan orang India, pelatih gajah, untuk memelihara babi di antara mereka. Diharapkan, gajah-gajah dapat terbiasa dengan babi dan kebisingan yang ditimbulkannya.

Praktik ini sangat umum. Bahkan, sempat diabadikan pada koin Romawi dari periode tersebut, yang menggambarkan seekor gajah di satu sisi dan seekor babi di sisi lain.

Memadamkan taktik babi perang

Seiring waktu, penurunan penggunaan babi perang berkorelasi dengan penurunan gajah. Banyak spesies gajah diburu dan ditangkap sehingga jumlah mereka menyusut secara signifikan. Pada zaman kuno, perusakan habitat gajah menyebabkan penurunan populasi gajah secara keseluruhan. Ternyata perburuan liar ini telah berlangsung sejak zaman kuno. Dan mirisnya, hal tersebut tidak berhenti hingga kini.

Penggunaan gajah dalam pertempuran berkurang, dan karenanya, babi pembakar tidak lagi digunakan. Babi-babi ini memiliki masa hidup yang pendek setelah dibakar, membuat mereka secara taktis tidak efektif melebihi batas tertentu.

Selain itu, dalam banyak kasus, pelatihan babi yang tidak efektif menimbulkan masalah baru. “Babi mengamuk di kamp dan mendatangkan malapetaka,” ungkap Pandey.

Ada beberapa keraguan tentang kebenaran babi perang ini pasalnya penulis zaman kuno menulisnya beberapa abad setelah pertempuran terjadi. Misalnya, Polyaenus memiliki minat yang berbeda dalam menceritakan teknik dan trik pertempuran yang menarik atau tidak biasa. Aelian suka mengumpulkan fakta dan kepercayaan kuno tentang hewan.

Namun dapat dipastikan jika gajah adalah perpanjangan dari tradisi Helenistik. Sehingga berbagai tindakan telah dikembangkan selama berabad-abad dalam upaya untuk melawan gajah yang kuat. Kemungkinan pekikan babi atau babi yang menyala adalah salah satu dari banyak tindakan tersebut.