Seperti Apa Kebijakan Dekarbonisasi untuk Menghadapi Krisis Iklim?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 25 Januari 2023 | 16:29 WIB
Ilustrasi mobil listrik, salah satu inovasi untuk mengurangi emisi karbon dunia. (Shutterstock)

Kini, Prancis, Spanyol, dan AS bagian California, dan beberapa negara lainnya telah melarang penjualan mobil dan van berbahan bakar fosil. Batas tenggat waktu yang mereka tentukan adalah 2035, dan diikuti Uni Eropa.

"Dengan meningkatkan produksi baterai secara cepat, mendorong peningkatan teknologi dan biaya, kendaraan listrik dapat mendukung transisi ke energi bersih dan dekarbonisasi sektor lain yang membutuhkan energi murah dan bersih," tulis para peneliti.

Sektor peternakan merupakan salah satu penyumbang terbesar gas rumah kaca metana. (Lutfi Fauziah)

Selain peralihan energi, beberapa negara juga menggunakan energi terbarukan, seperti penggunaan amonia hijau. Amonia hijau dapat membantu menghasilkan pupuk, dan bisa bermanfaat untuk memulai ekonomi hidrogen yang lebih ramah lingkungan.

Peralihan seperti ini tidak hanya dekarbonisasi, tetapi juga mebuat biaya energi terbarukan dan ramah lingkungan itu menjadi lebih terjangkau, terang laporan terrsebut.

Terakhir, yang menjadi penopang memengaruhi kebijakan dekarbonisasi adalah sumber protein alternatif. Kebijakan seperti ini, jika padukan dengan dua hal sebelumnya, akan menjadi "titik pengaruh super". Protein alternatif dari bahan tumbuhan, bisa membuat jangkauannya lebih murah dibandingkan mendapatkan protein dari daging.

Baca Juga: Satelit NASA Lacak Penyebaran Limpahan Emisi Karbon Dioksida

Baca Juga: Lawan Pemanasan Global, Para Peneliti Kembangkan Teknologi Baru

Baca Juga: Solusi Hijau: Daur Ulang Tinja dan Urin untuk Gizi Pangan dan Obat

Baca Juga: Mengembangkan Teknik Baru Mengisi Baterai Mobil Listrik Hanya 10 Menit

Selam ini, daging dari peternakan menjadi salah satu penyumbang karbon, dengan luas ratusan juta hektar di seluruh dunia. Penyetopan beberapa operasional peternakan bisa mengurangi insentif deforestasi dan menyisakan lebih banyak lahan untuk mendukung keberagaman hayati, serta penyimpanan karbon pohon di dalam tanah, terang Lenton dan tim.

"Sektor-sektor ekonomi beremisi tinggi tidak berdiri sendiri, mereka sangat saling terhubung," kata Simon Sharpe, salah satu penulis laporan dari University College London dan rekan senior di World Resources Institute di Washington, AS.

Para peneliti menjelaskan, agar memanfaatkan protein alternatif, harus menjadikannya regulasi terapan untuk masyarakat luas. Misalnya, dimandatkan penggunaannya di sekolah, rumah sakit, dan kantor pemerintahan, sehingga memicu peralihan yang lebih luas ke arah sumber protein non-daging.