Cixi menganjurkan westernisasi — tetapi tidak sepenuhnya. Misalnya, dia membutuhkan waktu hampir 20 tahun untuk menyelesaikan pembangunan rel kereta api. Pasalnya, ia tidak ingin mengganggu makam leluhur yang terletak di dekat jalur yang diusulkan.
Cixi juga tidak ingin mempromosikan pabrik tekstil karena mereka mengambil pekerjaan dari wanita Tionghoa.
Sang ibu suri menyadari akan banyaknya penolakan terhadap reformasi di kalangan rakyat. Mulai dari rakyat jelata hingga pegawai negeri hingga bangsawan, mereka membenci apa yang disebut kebiasaan barbar Barat.
Terlepas dari kritik dan penolakan, Cixi berhasil membawa perdamaian ke Tiongkok. Ia meletakkan keuangan publik pada pijakan yang sehat, membangun angkatan laut, dan mendorong Tiongkok membuka diri terhadap dunia. Dengan bantuan orang Barat yang memimpin tentara, pemberontak Taiping Selatan akhirnya dihancurkan.
Secara resmi, Cixi harus mundur ketika Tongzhi dewasa pada tahun 1873. Dua tahun setelah pemerintahannya, serangan cacar membunuh kaisar muda, yang tidak meninggalkan ahli waris.
Beberapa percaya bahwa Cixi yang haus kekuasaan meracuni putranya untuk mempertahankan kekuasaan. Namun tidak ada bukti pembunuhan. Lagi-lagi desas-desus gelap terus beredar di sekitar Cixi. Dan ini bukan untuk yang terakhir kalinya.
Menundukkan kaisar
Cixi kembali merebut kendali pemerintahan, mengadopsi putra dari saudara perempuannya dan Pangeran Chun. Putra itu diangkat menjadi kaisar baru.
Ci’an dan Cixi terus bertindak sebagai wali kaisar baru, Guangxu — yang baru berusia tiga tahun. Ini dikerjakan bersama hingga Ci’an meninggal secara mendadak pada 1881. Setelah itu, Cixi menjadi satu-satunya wali penguasa.
Ia memulai modernisasi gelombang kedua, memperkenalkan listrik dan pertambangan batu bara. Ibu suri itu memulai perang dengan Prancis untuk menentang ambisi teritorialnya di perbatasan antara Tiongkok dan Vietnam. Namun perang tersebut berakhir dengan jalan buntu.
Cixi secara resmi menyerahkan kekuasaan kepada Guangxu pada tahun 1889 ketika dia sudah dewasa. Dididik dalam ortodoksi Konfusius yang paling ketat, Guangxu curiga terhadap segala sesuatu yang berbau Barat.