Nationalgeographic.co.id—Hutan tropis sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan planet ini. Sampai hari ini, Indonesia terus mengalami pengurangan luas lahan akibat aktivitas yang berhubungan dengan manusia. Kejadian serupa pun terjadi di negara tropis di belahan Bumi lainnya, Brasil.
Secara statistik, hutan Amazon di Brasil telah mengalami penurunan luas jauh lebih besar daripada yang awalnya para ilmuwan duga. Jumlah yang terdegradasi akibat manusia sebesar sepertiga, menurut sebuah laporan ilmiah 27 Januari 2023 berjudul "The drivers and impacts of Amazon forest degradation".
Menurut para peneliti, penurunan hutan Amazon di Brasil hanya menguntungkan segelintir orang. Namun dampaknya bisa berbahaya, baik dari segi perubahan iklim untuk global, maupun penduduk lokal.
"Degradasi [hutan Amazon] menguntungkan segelintir orang, tetapi membebani banyak orang," kata Rachel Carmenta, rekan penulis makalah di jurnal Science itu. Dia adalah peneliti berbasis di University of East Anglia, Inggris.
“Hanya sedikit orang yang mendapat keuntungan dari proses degradasi, namun banyak yang dirugikan dalam semua dimensi kesejahteraan manusia – termasuk kesehatan, nutrisi, dan keterikatan tempat yang melekat pada lanskap hutan tempat mereka tinggal," lanjutnya di Eurekalert.
Lebih lanjut, saat ini hanya 38 persen kawasan hutan Amazon yang tersisa, atau setara dengan lebih dari dua kali luas Pulau Jawa. Beberapa bentuk gangguan manusia pada hutan telah menyebabkan emisi karbon yang setara atau lebih besar daripada emisi dari deforestasi.
Ada empat gangguan utama yang menyebabkan penurunan lahan hutan: kebakaran hutan, efek tepi—seperti perubahan bentang di kawasan dekat hutan, penebangan, dan kekeringan ekstrem. Para peneliti mengungkapkan, setiap kawasan hutan setidaknya dipengaruhi satu atau lebih dari gangguan ini.
“Terlepas dari ketidakpastian tentang efek total dari gangguan ini, jelas bahwa efek kumulatifnya sama pentingnya dengan deforestasi untuk emisi karbon dan hilangnya keanekaragaman hayati,” terang Jos Barlow, profesor ilmu konservasi di Universitas Lancaster, Inggris, dan rekan penulis makalah itu.
Carmenta menambahkan, "Selain itu, banyak dari beban ini tersembunyi saat ini; mengenali mereka akan membantu memungkinkan pemerintahan yang lebih baik dengan keadilan sosial sebagai pusatnya.”
Oleh karena itu, para peneliti menilai, penting bahwa perlu adanya penelitian dampak sosial ekonomi yang harus diselidiki. Mereka menduga, dampaknya akan signifikan, berdasarkan proyeksi yang dibuat.
Barlow, Carmenta, dan tim memprediksikan, tahun 2050 keempat faktor pengurangan lahan hutan itu akan terus menjadi sumber utama emisi karbon ke atmosfer. Hasil itu akan ada, terlepas dari pertumbuhan atau penekanan deforestasi hutan.
Baca Juga: Penyebab Banjir: Beralihnya Lahan Hutan Menjadi Kebun Sawit dan Karet