Bencana Kelaparan Mengerikan Sebabkan Tewasnya Jutaan Orang di India

By Galih Pranata, Selasa, 31 Januari 2023 | 10:00 WIB
Anak-anak malang dalam kondisi (diperkirakan) sekarat di jalan Kalkuta, India pada tahun 1943 akibat bencana kelaparan yang merenggut nyawa jutaan jiwa. (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Kolonialisme Inggris di India telah berlangsung cukup lama. Sebagai koloni terbesar, India sering dianggap oleh simpatisan Kerajaan Inggris sebagai contoh kolonialisme yang berhasil.

Mulai dari tahun 1757 hingga 1947, sepanjang periode pemerintahan kolonial Inggris di India, tidak ada peningkatan pendapatan per kapita bagi masyarakatnya dan anak benua India.

"Ini adalah fakta yang mencolok, mengingat, secara historis, anak benua India secara tradisional merupakan salah satu bagian terkaya di dunia," tulis Joseph McQuade kepada The Conversation.

Ia menulis tentang sebuah penderitaan yang terjadi di India melalui sebuah fakta yang diungkapnya dalam sebuah artikel berjudul Colonialism was a disaster and the facts prove it terbitan 27 September 2017.

Sebagaimana dibuktikan oleh studi makroekonomi para ahli seperti KN Chaudhuri, India dan Cina adalah pusat ekonomi dunia yang ekspansif, jauh sebelum para pedagang Eropa pertama berhasil mengelilingi tanjung Afrika.

Selama masa kejayaan pemerintahan Inggris, atau British Raj, dari tahun 1872 hingga 1921, harapan hidup orang India turun hingga 20 persen. Secara berkala, India menjelma menjadi salah satu negara yang terpuruk.

"Ini menjelaskan fakta bahwa selama bencana kelaparan yang menghancurkan telah merengguk setidaknya 12 hingga 30 juta orang India yang mati kelaparan," tambah McQuade.

Setelah Burma (Myanmar) dan Singapura jatuh ke tangan Jepang pada tahun 1942 di tengah berkecamuknya Perang Dunia II, ekspor beras dari negara-negara tersebut ke India menjadi terhenti.

Jutaan orang tewas akibat bencana kelaparan mengerikan yang melanda India. (Shutterstock/The Conversation)

Namun, sejatinya bukanlah faktor penguasaan Jepang atas Burma dan Singapura yang membuat musibah ini terjadi. Adanya kekhawatiran pemerintah Kolonial akan peranglah yang membuat mereka menimbun persediaan makanan hingga menjelang perang berkobar.

Selain menimbun makanan, tentara kolonial juga menyita perahu penduduk lokal, hingga kereta, dan gajah di Chittagong, tempat invasi Jepang ke India yang diperkirakan akan segera terjadi.

Hal tersebut menghentikan mata pencaharian nelayan dan kepercayaan pelanggan mereka. Begitu juga secara umum menghambat segala jenis perdagangan tingkat rendah yang menjadi satu-satunya andalan banyak orang India demi bertahan hidup.