Cerita Filosofis dalam Desain Prangko 100 Tahun Observatorium Bosscha

By Utomo Priyambodo, Selasa, 31 Januari 2023 | 17:00 WIB
Desain prangko perayaan 100 Tahun Obeservatorium Bosscha. Pada tahun 2023 ini Obsevatorium Bosscha di Lembang genap berusia 100 tahun. (Dok. ITB)

Nationalgeographic.co.id—2023 menjadi tahun istimewa bagi dunia astronomi Indonesia. Sebab, pada tahun ini Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) mencatatkan usianya yang telah mencapai 100 tahun.

Dalam hal apa pun, untuk tetap bisa bertahan hingga satu abad bukahlah hal mudah. Perjalanan panjang yang penuh perjuangan telah ditempuh oleh para pendiri Observatorium Bosscha hingga kita bisa menikmati observatorium itu hingga kini.

Rangkuman perjalanan ini diilustrasikan melalui desain keping prangko 100 Tahun Observatorium Bosscha karya Triyadi Guntur Wiratmo. Dia adalah dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB).

Triyadi Guntur Wiratmo, atau akrab disapa Guntur, juga merupakan seniman profesional yang sering berkarya di pameran skala nasional dan internasional. Kiprahnya dalam mendesain prangko juga sudah terbukti selama bertahun-tahun.

Sebagai contoh, pada tahun 2016 Guntur menghasilkan karya prangko gerhana. Kali ini Guntur mencoba kembali mengeksiskan prangko yang saat ini sudah jarang digunakan sebagai penanda peristiwa penting atau sejarah.

Guntur merasa terharu dan bangga ketika diminta secara langsung oleh Kepala Observatorium Bossc Premana Premadi untuk mendesain prangko sebagai peringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha. Pengerjaannya memakan waktu yang tergolong singkat yakni 4 bulan.

Meski singkat, Guntur mampu menghasilkan desain yang indah dan sangat bermakna. Tokoh penting dan tamu undangan yang menghadiri pun dimanjakan dengan desain prangko karya Guntur sebagai buah tangan dari acara Perayaan 100 Tahun Observatorium Bosscha.

Guntur memaknai perayaan 100 tahun Observatorium Bosscha ke dalam tiga keping prangko. Keping prangko pertama bercerita tentang sejarah yang digambarkan oleh sosok Bosscha sebagai pendiri dan penyandang dana utama dari bangunan observatorium tersebut serta ada ilustrasi awal konstruksi kubah dari Observatorium Bosscha.

Baca Juga: Keluarga Kerkhoven dan Bosscha, Dinasti Teh Belanda di Priangan

Baca Juga: Ingin Mengoleksi Prangko "Tintin di Kemayoran" dan "Tintin di Pulau Komodo"?

Baca Juga: Menyingkap Kitab Astronomi Abd-al Rahman al-Sufi dari Abad ke-10 

Dalam pembuatan keping pertama ini, Guntur menemui kesulitan dalam menggambar sosok Bosscha karena dirinya hanya berbekal dokumentasi lama dari Bosscha.

“Kendala yang saya alami saat melukiskan wajah Bosscha. Akhirnya saya memutuskan untuk menggambarkan sosoknya yang sedang menengadah ke langit,” ungkap Guntur usai acara Peringatan 100 Tahun Bosscha di Lembang, seperti dikutip dari laman ITB.

Keping kedua bercerita tentang peranan dari Observatorium Bosscha yang sangat signifikan terutama di belahan bumi selatan. Sebab, Observatorium Bosscha memiliki keunikan lokasi, yakni berada di khatulistiwa yang bisa melihat ke selatan dan utara.

Posisi inilah yang membuat Observatorium Bosscha memiliki banyak informasi-informasi penting tentang keastronomian dan diinformasikan ke seluruh dunia selama 100 tahun ini. Hal ini divisualisasikan sebagai galaksi Bimasakti.

Keping ketiga bercerita tentang keeksisan ratusan tahun ke depan. Peran Observatorium Bosscha akan terus berlangsung sebagai pengembangan keilmuan astronomi dan kemanusiaan.

Guntur mengilustrasikan hal ini dengan sosok tanpa gende yang sedang mengamati benda langit. Hal ini bermaksud sebagai ilustrasi perenungan akan sosok diri kita masing-masing dan mencoba pahami peran kita di alam semesta.