"Di Sarotomo, Marco pernah dengan berani menyebut bahwa Welvaart Comise (Komisi Kesejahteraan Hindia Belanda) yang dipimpin DR. Rinkes—penasehat Gubernur Jendral untuk urusan pribumi dan Islam—tak sepantasnya mengurusi kesejahteraan bumiputera," terusnya.
Menurut Marco, pemerintah Hindia Belanda dengan segala perangkatnya lebih tepat dikatakan sebagai penghisap. Lebih ekstem lagi, dalam surat kabar Sarotomo edisi 10 November 1912, Marco bahkan berani mengakronimkan Welvaart Comisse menjadi “W.C” yang merujuk kepada jamban.
Sejak berani berpolemik dengan pejabat pemerintah kolonial tatkala masih aktif menulis di Sarotomo, Marco telah menentukan sikapnya untuk menjadi seorang jurnalis yang melawan imperialis. Sejak saat itu, tulisannya terus merongrong dan melawan hegemoni Belanda.
Dengan modal semangat perlawanan di kepalan tangannya, Marco secara resmi mendirikan surat kabar sendiri yang diberi nama Doenia Bergerak pada 15 Januari 1914 dan menjabat sebagai pemimpin redaksinya.
Ketika Doenia Bergerak mulai menerbitkan tulisan perdananya pada tanggal 31 Januari 1914, Marco Kartodikromo langsung meneruskan polemik dan resistensinya dengan DR Rinkes setelah terputus akibat ditutupnya surat kabar Sarotomo.
Akibat seterunya, pada Desember 1914, Marco benar-benar terkena jeratan persdelict. Penyebabnya karena ia tidak bersedia memberitahukan beberapa penulis rubrik surat kabar Doenia Bergerak yang dianggap telah mengkritik pemerintah Belanda secara radikal.
Menariknya, letupan amarah yang muncul sebagai respon dari pemerintah kolonial tatkala penulis anonim dalam Doenia Bergerak telah menyebarluaskan propaganda persatuan dengan istilah "Pergerakan Nasional."
Memilih untuk tetap bungkam dengan tak mau memberitahu siapa penulis anonim tersebut, Mas Marco dikirim ke bui. Namun, selama pena masih dipegangnya, perjuangannya belum padam.
Selama berada di dalam kurungan, Marco melanjutkan roman berjudul “Mata Gelap” yang mulai ditulisnya sejak tahun 1914. Dari sana, ia berhasil menyelesaikan 3 jilid buku sebelum akhirnya dibebaskan pada Maret 1916 dari penjaranya di Semarang.
Tulisan bernarasi nasionalisme dan perlawanan bangsa menggelorakan kebangkitan nasional. Hingga tahun 1926, tulisan Mas Marco dianggap telah berhasil mendorong semangat perlawanan terhadap pemerintah kolonial, seperti lahirnya organisasi-organisasi politik.
Baca Juga: Societeit Mangkunegaran Melintang Zaman: Sejarah Monumen Pers Nasional