Nationalgeographic.co.id—Para ilmuwan di Jepang mencoba menggunakan DNA lingkungan untuk mensurvei populasi spesies yang terancam punah. Mereka mensurvei tidak hanya keberadaan, tetapi juga distribusi dan kepadatan populasi ikan sungai yang hampir punah di Jepang.
Tim ilmuwan dari Okayama University tersebut mensurvei 'ikan bitterling', spesies air tawar yang terancam punah. Mereka menggunakan sistem semi-kuantitatif baru yang menggunakan DNA lingkungan.
Perubahan sistem sungai, penangkapan ikan berlebihan dan munculnya spesies invasif baru dapat menyebabkan penurunan drastis jumlah ikan asli yang menghuni ekosistem perairan.
Di lembah sungai Ashida di Jepang, ikan bitterling (Rhodeus atremius suigensis), yang sebelumnya banyak ditemukan, kini menghadapi kepunahan lokal.
Hal ini memprihatinkan, mengingat spesies ini diakui sebagai spesies indikator bagi konservasi keanekaragaman ikan di ekosistem air tawar.
Upaya konservasi untuk melindungi fauna air asli memerlukan studi lapangan di wilayah yang luas untuk memahami kebutuhan habitat dan kepadatan populasi spesies yang berbeda.
Ini adalah tugas yang menantang, membutuhkan banyak waktu dan usaha. Untuk mengatasi kendala ini, para ilmuwan biasanya fokus pada area kecil dan melacak DNA yang dibuang oleh organisme hidup ke lingkungannya.
DNA lingkungan (atau eDNA) ini dapat dianalisis untuk mengidentifikasi spesies yang baru-baru ini mengunjungi daerah tersebut, dengan cara yang tidak invasif dan hemat waktu.
Para ilmuwan menggunakan eDNA untuk mensurvei tidak hanya keberadaan tetapi juga distribusi dan kepadatan populasi R. a. suigensis di lembah sungai Ashida di Fukuyama, Jepang.
Mereka menggunakan metode analisis eDNA semi-kuantitatif menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR).
Mereka mengembangkan DNA primer yang mendeteksi bentangan DNA mitokondria R. a. suigensis, yang membuat analisis mereka sangat spesifik hanya untuk spesies tertentu ini. Temuan mereka dipublikasikan di Journal of Landscape and Ecological Engineering.