Mengikuti saran penasihat utamanya Li Si, Qin Shi Huang memerintahkan sebagian besar buku yang sudah ada sebelumnya untuk dibakar. Ini untuk menghindari perbandingan para cendekiawan tentang pemerintahannya dengan masa lalu.
Buku-buku yang lolos dari pemusnahan adalah buku-buku tentang astrologi, pertanian, kesehatan, ramalan, dan sejarah negara bagian Qin. Memiliki Buku Lagu atau Klasik Sejarah akan dihukum sangat berat.
Perselisihan memuncak dengan pembakaran buku-buku terkenal tahun 213. Saat itu, atas saran Li Si, semua buku yang tidak berhubungan dengan pertanian, kesehatan, atau ramalan dibakar. “Yang tersisa hanya catatan sejarah Qin dan buku-buku di perpustakaan kekaisaran,” tambah Müller.
Sebagai kaisar pertama Tiongkok, ia tampaknya masih menerapkan kekejaman di masa lalu. Ia melakukan segala upaya agar dapat mengendalikan pikiran rakyat. Tujuan pembakaran buku juga untuk “merampas” pengetahuan rakyat dan menekan segala filosofi yang bertentangan dengan Legalisme.
Pertentangan dengan cendekiawan Konfusius terus berlanjut
Kekejaman Qin Shi Huang tidak berkurang di kekaisaran yang baru. Tidak heran jika banyak cendekiawan tidak menyukai kaisar baru Tiongkok itu.
Mereka melontarkan kritik terhadap pemerintah pusat dan menyerukan diakhirinya tirani intelektual kekaisaran. Akibatnya, setiap kritik terhadap kaisar dianggap ilegal dan dikenakan hukuman yang berat.
“460 sarjana diseret keluar dari rumah mereka dan ditarik ke ibu kota,” ujar Barret. Di sana, sebuah lubang besar telah menunggu. Kaisar menyuruh orang-orang terbijak di kekaisaran dilemparkan ke dalam lubang dan dikubur hidup-hidup.
Baca Juga: Misteri Makam Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang, Benarkah Penuh Merkuri?
Baca Juga: Hilangnya Simbol Mandat dari Surga Milik Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang
Baca Juga: Mengapa Arkeolog Enggan Membuka Makam Kaisar Pertama Tiongkok?
Baca Juga: Kisah Kaisar Qin Shi Huang, si Pencari Keabadian yang Bernasib Tragis