Antropolog University of Oxford Stephen Oppenheimer juga berpendapat demikian lewat buku "Eden in The East: Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara". Mitos atau legenda tentang banjir besar, terutama di Indonesia dan Polinesia, adalah riwayat dari mereka yang selamat saat bermigrasi di zaman es terakhir.
Akan tetapi, para ahli lain punya pandangan berbeda akan cerita yang mirip. Bencana banjir bisa terjadi di mana saja, dan belum tentu peristiwa banjir besar yang disebabkan berakhirnya zaman es terakhir.
Baca Juga: Menelisik Lewat Sains Rupa Kepulauan Asia Tenggara di Masa Purba
Baca Juga: Apakah Bahtera Nabi Nuh yang Disebut Kitab Suci Bakal Ditemukan?
Baca Juga: Inilah Gilgamesh, Raja Mesopotamia Kuno Mencari Keabadian Hidup
Baca Juga: Ragam Cerita Legenda dari Danau di Indonesia yang Turun-Temurun
Carl Jung (1875-1961), seorang psikoanalisis Swiss, mengungkapkan, gagasan sebagian besar tentang mitos sebagai metafora untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. Manusia sudah dari dulu memiliki gagasan tentang tuhan dalam pikirannya, sehingga digambarkan pada fenomena alam yang terjadi di sekitar mereka lewat cerita, legenda, dan mitos.
"Apa pun yang psikis membawa kondisi internalnya sendiri, sehingga orang dapat menegaskan dengan hak yang sama mitos itu murni psikologis dan menggunakan peristiwa meteorologi atau astronomi hanya sebagai alat ekspresi," tulis Jung di dalam bukunya "Psychology of the Unconscious".
"Keanehan dan absurditas banyak mitos primitif sering membuat yang terakhir penjelasan tampaknya jauh lebih tepat daripada yang lain.”