Studi: Hutan yang Pulih dari Penebangan Ternyata Sumber Emisi Karbon

By Utomo Priyambodo, Rabu, 8 Maret 2023 | 07:00 WIB
Sebuah studi baru menemukan bahwa hutan tropis yang pulih dari penebangan ternyata menjadi sumber emisi karbon selama bertahun-tahun. (Zoe G Davies)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi baru menemukan bahwa hutan tropis yang pulih dari penebangan merupakan sumber emisi karbon selama bertahun-tahun setelahnya. Temuan studi ini bertentangan dengan asumsi sebelumnya.

Selama ini hutan tropis yang pulih dari penebangan pohon dianggap sebagai penyerap karbon, karena pohon-pohon baru tumbuh dengan cepat. Namun hasil studi baru yang dipimpin oleh para peneliti Imperial College London membalikkan gagasan ini.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa karbon yang dilepaskan oleh tanah dan kayu yang membusuk melebihi karbon yang diserap oleh pertumbuhan baru.

Para peneliti mengatakan hasil studi ini menyoroti perlunya praktik penebangan yang meminimalkan kerusakan tambahan untuk meningkatkan keberlanjutan industri.

Studi ini sendiri dilakukan dengan memantau karbon di hutan di Borneo Malaysia sebagai bagian dari Stability of Altered Forest Ecosystem (SAFE) Project. Makalah studi ini telah terbit di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

Maria Mills, salah satu peneliti dalam studi yang memulai riset ini di Imperial dan menyelesaikannya di University of Leicester, mengatakan, "Hasil studi kami menunjukkan bahwa untuk hutan tropis yang kami pelajari, area yang ditebang merupakan sumber karbon bahkan satu dekade setelah penebangan terjadi."

"Ini berarti kita perlu menilai kembali peran mereka dalam anggaran karbon global—kita tidak dapat lagi menerapkan asumsi menyeluruh bahwa mereka adalah penyerap karbon," ujar Mills seperti dikutip dari keterangan tertulis Imperial College London.

Terhi Riutta, peneliti utama studi ini yang sekarang di University of Exeter, mengatakan, "Banyak karbon yang dilepaskan dalam pemulihan hutan berasal dari kerusakan tambahan—pohon yang mati akibat kerusakan selama operasi penebangan dibiarkan membusuk, dan dari tanah yang terganggu."

"Hutan yang ditebang masih memiliki nilai—kita tahu mereka memiliki keanekaragaman hayati yang unik—jadi memastikan mereka juga tidak melepaskan karbon ekstra melalui praktik penebangan yang lebih baik akan meningkatkan kelestariannya," papar Riutta.

Baca Juga: Akibat Penebangan dan Perburuan, 100 Ribu Orangutan Kalimantan Punah

Baca Juga: Emisi Karbon Tertinggi Ternyata Berasal dari Kebakaran Hutan Salju

Baca Juga: Melebihi Industri Penerbangan, Pupuk Menyumbang 5 Persen Emisi Karbon