Era Kesultanan Wanita, Saat Perempuan Mendominasi Kekaisaran Ottoman

By Utomo Priyambodo, Kamis, 9 Maret 2023 | 16:00 WIB
Potret Hurrem Sultan dan Sultan Suleiman. Sejak ere Sultan Sulaeiman, para wanita memainkan peran lebih besar dalam pemerintahan Kekaisaran Ottoman dan ini disebut era Kesultanan Wanita. (John and Mable Ringling Museum of Art, Sarasota, Florida and the Metropolitan Museum of Art, New York)

"Periode ini kira-kira bertepatan dengan masa pemerintahan Sultan Suleiman (1494-1566) yang dikenal sebagai Yang Agung. Nama periode ini (Kesultanan Wanita) berasal dari pengaruh yang diperoleh berbagai wanita di dalam istana kekaisaran Suleiman."

Baca Juga: Harem Kekaisaran Ottoman, Bukan Sekadar Wanita Cantik Belaka

Baca Juga: Mati-matian Kekaisaran Ottoman Melindungi Pengungsi dari Kejaran Musuh

Baca Juga: Puja-puji untuk Ottoman, Kenapa Banyak Orang Mau Kembali ke Era Itu? 

​​Sebelum masa pemerintahan Suleiman, perempuan memainkan peran tradisional sebagai istri dan ibu. Mereka terbatas pada peran dalam rumah tangga dan tidak memiliki kesempatan untuk memengaruhi politik atau urusan kenegaraan.

Di masa Kesultanan Wanita, ada beberapa perempuan yang berpengaruh besar, terutama Hafsa, Hurrem, Mihrimar, Kosem, dan Turhan. Hafsa adalah ibu Suleiman dan menjalankan kekuasaan besar selama pemerintahan putranya, sementara Hurrem mempengaruhi pemerintahannya sebagai istrinya dan Mihrimar sebagai putrinya.

Kosem dan Turhan adalah dua sultanah terakhir dari Kesultanan Wanita. Kedua perempuan ini sempat memerintah Kekaisaran secara de facto dan secara aktif terlibat dalam politik.

Selama periode Kesultanan Wanita, istri-istri Sultan yang dikenal sebagai Haseki Sultan, atau ibu-ibu yang dikenal sebagai Valide Sultan, mulai mencampuri bidang-bidang yang berada di luar pengaruh tradisional harem.

Karena kekuasaan yang dimiliki perempuan selama periode ini di dalam kesultanan begitu besar, dapat dengan mudah dikatakan bahwa relasi kekuasaan berbasis gender tradisional terpengaruh oleh perubahan peran perempuan. Sebab perempuan telah menjadi sangat terlibat dalam politik juga dalam rumah tangga dan urusan internasional.

Berakhirnya Kesultanan Wanita ditandai dengan masa pemerintahan dua Valide Sultan, yakni Kosem dan Turhan. Kosem adalah Valide Sultan selama 62 tahun, mengawasi pemerintahan enam sultan yang berbeda.

Kosem sempat menjadi bupati di tiga era sultan. Sebagai bupati, dia mengawasi semua urusan kekaisaran, menghadiri rapat kabinet dari balik layar. Dia membantu dalam pelantikan dan pemecatan sultan dan membantu membersihkan korupsi dari istana.

Turhan, menantu Kosem, adalah Valide Sultan yang terakhir. Dia dianggap sebagai sultanah wanita paling kuat karena dia benar-benar berbicara dalam rapat alih-alih hanya dari balik layar.

Setelah putranya mencapai usia dewasa, dia terus memerintah bersamanya. Setelah kematian Turhan, kekuasaan Valide Sultan mulai berkurang.

Sebab, setelah itu, Wazir Agung menjadi lebih berpengaruh dalam politik Kekaisaran Ottoman. Wazir Agung adalah kepala penasihat dari dewan penasehat kesultanan.