Selidik Perilaku: Mengapa Wisatawan Kerap Berkelakuan Buruk?

By Sysilia Tanhati, Rabu, 15 Maret 2023 | 07:00 WIB
Berita soal turis berkelakuan buruk kerap bermunculan di sosial media. Apa yang membuat sebagian turis bertindak seenaknya di tempat wisata? (Ismail Hamzah/Unsplash)

Karena menikmati perasaan anonimitas, turis terlibat dalam aktivitas kasar, semi-legal, atau bahkan ilegal. Di mana semua itu tidak akan mereka lakukan di rumah.

Linda Blair, anggota British Psychological Society, mengatakan tren ini menjadi lebih buruk  setelah pandemi COVID-19. Keterampilan sosial terpengaruh. Orang terbiasa dengan hubungan atau komunikasi jarak jauh. Banyak orang yang berlibur berpikir mereka pantas berperilaku bak anak kecil. Mereka mencoba-coba melakukan hal yang salah dan menunggu reaksi yang akan diterima.

“Ada kesenangan dalam melanggar aturan. Tapi mengorbankan orang lain, ini adalah hal yang egois,” kata Blair di laman The Times.

Kadang-kadang turis tanpa disadari melanggar norma budaya setempat, terutama di negara-negara yang aturannya lebih ketat daripada negara asalnya. Hal yang normal dilakukan di luar negeri, misalnya berciuman di tempat umum, akan tampak aneh jika dilakukan di negara lain.

Terkadang perilaku buruk adalah masalah persepsi dan bermuara pada perbedaan budaya. Kemudian timbul pertanyaan mengapa wisatawan tidak berusaha lebih keras untuk memahami dan mengikuti adat istiadat setempat. Salah satu alasannya mungkin karena turis merasa lepas dari “kekangan” ketika mengunjungi tempat baru. Sehingga mereka melakukan tindakan-tindakan bodoh saat berwisata.

Pariwisata berkelanjutan bertumpu pada sejumlah pilar. Salah satunya adalah kebutuhan wisatawan untuk menghormati masyarakat lokal, budaya dan lingkungan.

“Masalahnya sekarang adalah bahwa pariwisata dipromosikan sebagai kegiatan hedonisme murni,” tulis Freya Higgins-Desbiolles di laman The Conversation. Saat ini, turis tidak didorong untuk melihat dirinya sebagai warga dunia dengan hak dan tanggung jawab. Sebaliknya, mereka diberi ilusi kesenangan tak terbatas. Turis diposisikan sebagai konsumen dengan keistimewaan khusus.

Penerapan aturan atau kode etik di tempat-tempat wisata

Destinasi lain yang memperkenalkan kode etik atau serangkaian aturan yang harus diikuti oleh wisatawan. Misalnya Kroasia yang menerapkan beberapa aturan seperti mengenakan pakaian yang pantas di area bersejarah Atau larangan minum dan berkumpul di tempat umum di mana konsumsi alkohol dilarang.

Baca Juga: Rute Menuju Dusun Butuh, Nepal van Java yang Dibanggakan Sandiaga Uno

Baca Juga: Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos, Mengungkap Sisi Lain Histori Kota

Baca Juga: AVONTUR DARING: Merarik, Tradisi Melarikan Anak Gadis Usai Acara Pinangan