Surat-Surat Kuno Mengungkap Kisah Cinta Sultan Kekaisaran Ottoman

By Utomo Priyambodo, Jumat, 17 Maret 2023 | 11:00 WIB
Surat cinta yang ditulis Hürrem kepada Süleyman sang Sultan Kekaisaran Ottoman pada tahun 1526. (Hurriyet Daily News)

“Kamu selalu mendapatkan kemenangan melawan musuhmu. Saya tahu betul bahwa sultan saya jatuh cinta pada budak ini karena takdir. Menghapus air matanya… Membuatnya bahagia… Saya memilih Islam karena dia."

"Itu sebabnya, saya hanya bisa bahagia di sekitar Anda. Saya mengirimi Anda salah satu pakaian saya yang basah oleh air mata saya… Tolong kenakan, untuk saya… ”

Dia mengakhiri suratnya dengan kata-kata: “Aku tidak mengharapkan apa pun selain kebahagiaan untukmu, di kedua dunia. Budakmu yang miskin dan rendah, Hürrem.”

Hürrem Sultan dijual di pasar budak Kekaisaran Ottoman. Takdir akhirnya membuat wanita Rusia itu menjadi permaisuri kaisar Ottoman. (Titian )

Hürrem datang ke harem kesultanan sebagai gadis budak berusia 15 tahun. Dia langsung menarik perhatian Süleyman dan menjadi favoritnya.

Melanggar protokol kerajaan, Süleyman kemudian menjadikan Hürrem sebagai istri sahnya.

Merupakan norma bagi sultan Ottoman untuk meninggalkan seorang selir setelah dia melahirkan seorang putra, agar tidak mengalihkan perhatiannya dari membesarkan calon sultan.

Namun, Süleyman tak meninggalkan Hürrem dan justru menikahinya.

Baca Juga: Peran Hafsa, Hurrem, dan Mihrimar dalam Kemakmuran Kekaisaran Ottoman

Baca Juga: Hürrem Sultan, Budak Rusia yang Jadi Permaisuri di Kekaisaran Ottoman

Baca Juga: Kosem Sultan, dari Selir Hingga Jadi Permaisuri Ottoman Haus Kekuasaan

Hürrem, bagaimanapun, telah memberi Süleyman enam anak: Mehmed, Mihrimah Sultan, Abdullah, Sultan Selim II, Bayezid, dan Cihangir.

Hürrem, bangkit menjadi salah satu tokoh wanita paling berpengaruh dalam sejarah Ottoman. Putra Hürrem, yakni Selim, menggantikan Süleyman menjadi sultan setelah ayahnya mangkat dan berhasil melalui proses intrik istana kesultanan.

Kisah cintah orang tua Selim tetap abadi dalam sejarah Ottoman. Sebab, jarang ada seorang sultan nekat menjadikan budaknya sebagai istri sahnya.