Wu Si, dari Budak Jadi Permaisuri Kekaisaran Tiongkok yang Berpengaruh

By Sysilia Tanhati, Minggu, 19 Maret 2023 | 13:00 WIB
Berawal dari budak, Wu Si menjadi permaisuri paling berpengaruh dari Dinasti Han Kekaisaran Tiongkok. Kelak ia kerap dipuji dalam sejarah Tiongkok. (Giuseppe Castiglione/The Palace Museum)

Nationalgeographic.co.id - Menjadi permaisuri Kekaisaran Tiongkok tidak semata-mata hanya mengutamakan kekuasaan klan dan kemewahan. Permaisuri Wu Si, permaisuri kedua dari Kaisar Wu dari Dinasti Han, adalah salah satu contoh permaisuri yang hebat.

Berawal dari budak, ia menjadi permaisuri baik hati dan kuat saat krisis terjadi. Ia mendampingi putra mahkota yang dijebak oleh pejabat tamak.

Lahir di tengah keluarga miskin

Dilahirkan dengan nama Wei Zifu, ia berasal dari keluarga miskin. Saat masih kecil, Zifu terpilih menjadi penyanyi di rumah Putri Pingyang. Di sanalah nasibnya berubah dan ia bertemu dengan Kaisar Wu. Zifu pun dibawa ke istana oleh kaisar.

Wei Zifu menjadi Permaisuri Dinasti Han

Tak lama kemudian, Wei Zifu melahirkan seorang putri cantik, juga anak pertama dari Kaisar Wu. Ia kemudian dipromosikan dan lebih disayangi oleh suaminya, sang kaisar.

Bertahun-tahun kemudian, kaisar menghapus permaisuri pertamanya. “Ini disebabkan karena kesombongan, kecemburuannya, dan mencoba menyakiti Zifu menggunakan sihir,” tulis Hoklam Chan di laman Britannica. Beberapa tahun terakhir pemerintahan Kaisar Wu digelapkan oleh krisis dinasti yang timbul dari kecemburuan antara permaisuri dan pewaris.

Sepuluh tahun kemudian Permaisuri Wu Si melahirkan bayi laki-laki pertama kaisar. Saat itu, ia dianugerahi permaisuri kekaisaran. Bayi laki-laki itu pun menjadi putra mahkota Dinasti Han.

Sementara itu, saudara laki-lakinya Wei Qing dan keponakan Huo Qubing menjadi pahlawan luar biasa dalam sejarah Tiongkok. Mereka melindungi kekaisaran dan mencapai kesuksesan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan mengalahkan suku Hun di medan perang.

Klan permaisuri menjadi yang paling kuat dan terhormat pada saat itu. Ia tetap sederhana, anggun, sopan, dan penuh hormat selama 38 tahun menjadi permaisuri.

Serangan politik terhadap Permaisuri Wu Si dan putra mahkota

Liu Ju tumbuh menjadi putra mahkota yang cerdas dan baik. Namun karena kecemburuan dan ketamakan, banyak orang yang mencoba untuk menjebaknya. Mereka tidak ingin sang putra mahkota naik takhta dan mendukung pangeran lain untuk menjadi kaisar berikutnya.