Situs Fosil 'Batu Rosetta' Berguna Untuk Memahami Kehidupan Awal Bumi

By Wawan Setiawan, Sabtu, 25 Maret 2023 | 09:00 WIB
Teknologi terdepan telah mengungkap rahasia tentang timbunan fosil terkenal di dunia yang dapat memberikan petunjuk penting tentang kehidupan awal di Bumi. (ANI)

Nationalgeographic.co.id - Teknologi terdepan telah mengungkap rahasia tentang timbunan fosil terkenal di dunia yang dapat memberikan petunjuk penting tentang kehidupan awal di bumi.

Para peneliti menganalisis jejak berusia 400 juta tahun, yang ditemukan di pedesaan timur laut Skotlandia. Mereka mengatakan temuan itu telah mengungkapkan pelestarian fosil yang lebih baik pada tingkat molekuler daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Pengamatan baru terhadap harta karun yang diawetkan dengan indah dari Aberdeenshire ini telah memungkinkan para ilmuwan untuk mengidentifikasi sidik jari kimiawi dari berbagai organisme di dalamnya.

Sama seperti Batu Rosetta membantu ahli Mesir menerjemahkan hieroglif, tim berharap kode kimia ini dapat membantu mereka menguraikan lebih banyak tentang identitas bentuk kehidupan, yang diwakili oleh fosil lain yang lebih ambigu.

Ekosistem fosil yang spektakuler di dekat desa Rhynie di Aberdeenshire ditemukan pada tahun 1912, termineralisasi dan terbungkus oleh rijang—batuan keras yang terdiri dari silika.

Dikenal sebagai rijang Rhynie, ia berasal dari periode awal Devonian sekitar 407 juta tahun yang lalu dan memiliki peran penting dalam pemahaman para ilmuwan tentang kehidupan di bumi.

Para peneliti menggabungkan pencitraan non-destruktif terbaru dengan analisis data dan mesin pembelajaran untuk menganalisis fosil dari koleksi yang dimiliki oleh Museum Nasional Skotlandia dan Universitas Aberdeen dan Oxford.

Ilmuwan dari Universitas Edinburgh mampu menyelidiki lebih dalam daripada yang mungkin dilakukan sebelumnya, mereka mengatakan dapat mengungkapkan wawasan baru tentang sampel yang kurang terpelihara dengan baik.

Sepotong kecil tumbuhan fosil Rhynie dengan jamur fosil yang menjajah ujungnya, dilihat melalui mikroskop. (Loron et al.)

Menggunakan teknik yang dikenal sebagai spektroskopi FTIR—yaitu cahaya inframerah digunakan untuk mengumpulkan data beresolusi tinggi—para peneliti menemukan pelestarian informasi molekuler yang mengesankan di dalam sel, jaringan, dan organisme di dalam batuan.

Karena mereka sudah mengetahui organisme mana yang diwakili oleh sebagian besar fosil, tim tersebut dapat menemukan sidik jari molekuler yang secara andal dapat membedakan antara jamur, bakteri, dan kelompok lain.

Sidik jari ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasi beberapa anggota ekosistem Rhynie yang lebih misterius, termasuk dua spesimen tubular "nematofit" yang penuh teka-teki.