Subutai, Anak Pandai Besi yang Jadi Jenderal Terhebat Genghis Khan

By Sysilia Tanhati, Selasa, 4 April 2023 | 14:00 WIB
Lahir di keluarga pandai besi, Subutai tumbuh menjadi jenderal terhebat yang dimiliki oleh Genghis Khan. (Dschingis Khan und seine Erben )

Nationalgeographic.co.id—Dalam The Secret History of the Mongols ditulis, “Mereka adalah empat anjing Temujin. Mereka memiliki dahi dari kuningan, rahang seperti gunting, lidah seperti jarum penusuk, dan kepala dari besi.” Anjing yang dimaksud ini adalah para orang kepercayaan Genghis Khan, sang penakluk dan pendiri Kekaisaran Mongol. Salah satu dari “empat anjing” itu adalah Subutai, tangan kanan Genghis Khan yang berani dan kuat.

Subotai, anjing perang dan jenderal paling tangguh di Kekaisaran Mongol

Sebagai tangan kanan Genghis Khan, Subutai adalah seorang ahli strategi dan jenderal yang berani dan kuat. Ia adalah orang yang dapat diandalkan para pemimpin Mongol yang terkenal untuk membantu perluasan kekaisaran.

Meski bergabung sejak muda, keahliannya yang luar biasa mendorongnya untuk menjadi salah satu “anjing perang” Genghis Khan.

Subutai, yang juga dikenal dengan julukannya Bagatur (yang berarti pemberani), bertugas di bawah Genghis Khan. Sepeninggal Genghis Khan, Subotai pun melayani putra dan penerusnya, Ogedei Khan.

Subutai adalah salah satu jenderal Kekaisaran Mongol yang paling tangguh. “Ia dikirim dalam banyak kampanye militer yang sulit di Asia dan Eropa,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.

Bergabung sejak muda

Subutai diyakini lahir antara tahun 1160-an -1170-an. Jenderal ini berasal dari suku yang dikenal sebagai Uriangkhai. Namun suku itu tidak dianggap sebagai suku Mongol. Ini adalah orang-orang penghuni hutan. Tidak seperti orang Mongol yang terkenal sebagai penunggang kuda, Uriangkhai berspesialisasi dalam perdagangan bulu dan pandai besi.

Dalam sejarah, Subutai dicatat sebagai putra seorang pandai besi. Salah satu sumber menyebutkan nama ayahnya sebagai Qaban. Sebagai pandai besi, ayah Subutai menawarkan jasanya kepada bangsa Mongol. Ia memperbaiki benda logam yang rusak, seperti senjata dan wadah memasak. Mungkin melalui inilah Subutai muda bertemu dengan bangsa Mongol untuk pertama kalinya.

Sebagai seorang komandan militer, Subutai mungkin terkenal karena kampanyenya di Barat. Selama ekspedisi militer ini, Subutai memimpin bangsa Mongol melawan sejumlah musuh. Termasuk Rus, Polandia, dan Hungaria. (Public Domain)

Saat remaja, Subutai bergabung dengan pasukan Genghis Khan. Ia baru berusia 14 tahun ketika pergi untuk bergabung dengan tentara Mongol. Karena masih terlalu muda untuk terjun ke medan perang, Subutai pun ditunjuk sebagai penjaga pintu Khan. Dalam posisi inilah Subutai mulai mempelajari seni perang Mongol.

Sebagai penghuni hutan, Subutai tidak memiliki pengalaman menunggang kuda. Ia baru mulai mempelajarinya dari perwira Mongol tempat dia bekerja. Subutai juga diajari menggunakan busur dan kemudian menggabungkan kedua elemen tersebut. “Kombinasi kuda dan busur inilah yang membuat pasukan Mongol menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan,” Mingren menambahkan.

Sejak awal, Genghis mengenali bakat Subutai dalam perang dan melibatkannya dalam diskusi militer. Dia memberinya mentor berpengalaman, Jebe, jenderal elite Mongol lainnya.

Subutai naik melalui jajaran Mongol dan akhirnya menjadi bagian dari lingkaran dalam Genghis Khan. Ini sering dianggap sebagai bukti bahwa pemimpin Mongol mempraktikkan meritokrasi. Bahkan orang non-Mongol biasa seperti Subutai bisa menjadi terkenal di pasukannya dan menjadi salah satu orang penting.

Sebagai seorang komandan militer, Subutai mungkin terkenal karena kampanyenya di Barat. Selama ekspedisi militer ini, Subutai memimpin bangsa Mongol melawan sejumlah musuh. Termasuk Rus, Polandia, dan Hungaria.

Jenderal serbaguna dan ahli strategi yang patut diperhitungkan

Subutai menunjukkan keahliannya sebagai jenderal dan ahli strategi yang serba bisa.

Pertempuran Mohi, yang umumnya dianggap sebagai kemenangannya yang paling cemerlang, bisa dijadikan contoh. Pertempuran ini terjadi pada bulan April 1241. Saat itu bangsa Mongol di bawah Batu Khan dan Subutai melawan Hungaria di bawah Raja Bela IV.

Selama pertempuran ini, banyak pasukan Mongol yang tewas akibat tembakan hebat dari pasukan panah Hungaria. Pasukan panah itu ditempatkan di seberang Sungai Sajo. Untuk menghindari kerugian lebih lanjut, Subutai memutuskan untuk menyerang pemanah dengan pelempar batu. Pelempar batu merupakan senjata yang biasanya digunakan dalam perang pengepungan.

Pada saat yang sama, jembatan sementara dibangun lebih jauh ke bawah sungai. Alhasil, pasukan Mongol dapat mengepung Hungaria dan menyerang mereka.

Di bawah komando Subutai, tentara Mongol menghancurkan sebagian besar Eropa timur dan tengah.

Baca Juga: Siapakah Genghis Khan, Penakluk dan Pendiri Kekaisaran Mongol?

Baca Juga: Jutaan Pria di Dunia Miliki Kemiripan DNA dengan Genghis Khan

Baca Juga: Dianggap Titisan Dewa, Genghis Khan Punya Misi Surga untuk Mendominasi

Baca Juga: Arkeolog Identifikasi Kamp Musim Dingin Genghis Khan yang Hilang 

Pada akhir tahun 1241, Subutai berencana menyerang Kekaisaran Romawi Suci. Sekitar waktu inilah Ogedei meninggal dan pasukan Mongol kembali untuk pemilihan Khan Agung yang baru. Karena itulah seluruh Eropa terhindar dari bangsa Mongol. Ada spekulasi bahwa seandainya Ogedei tidak mati, tidak ada tentara Eropa yang mampu menahan serangan gencar Mongol.

Kematian si anjing perang

Khan Agung yang baru adalah Guyuk, putra Ogedei. Pada tahun 1246, Subutai ditugaskan untuk memimpin kampanye melawan Dinasti Song Tiongkok. Dia berusia 70 tahun saat itu. “Ini merupakan usia yang cukup lanjut untuk seorang komandan militer pada periode itu,” kata Mingren.

Kampanye ini berlangsung hingga 1247, setelah Subutai kembali ke Mongolia, di mana dia meninggal pada 1248. Selain julukannya 'Bagatur', Subutai juga dikenal sebagai salah satu dari empat 'anjing perang' Genghis Khan, tiga lainnya adalah Jelme, Jebe, dan Khubilai.

Terlahir di kalangan bawah, Subutai meninggal sebagai jenderal terbaik Mongol. Si anak pandai besi hampir mencapai status ilahi di antara bangsa Mongol.